Wednesday, 3 February 2016

Kali ini kita akan membahas tentang Contoh Kalimat Menggunakan Kata "menoleh". Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Contoh Kalimat Menggunakan Kata "menoleh"


Bagaimana membuat kalimat dengan menggunakan kata "menoleh" dalam bahasa Indonesia? Dengan melihat dan mempelajari contoh-contoh kalimat dari kata "menoleh", kita akan terbantu untuk memahami arti dan pengertian dari kata tersebut. Perlu juga kalian pahami bahwa arti dan makna kata tersebut bisa berbeda untuk kalimat-kalimat yang tidak sama.

Untuk lebih jelasnya, contoh kalimat yang menggunakan kata "menoleh" dapat dilihat pada beberapa kalimat yang dikumpulkan dari berbagai sumber di internet seperti berikut ini.
Membuat Kalimat dari kata

Contoh-contoh Kalimat yang Menggunakan Kata "menoleh"

  1. Goan Ciang menoleh dan tersenyum kepadanya.
  2. Rita menoleh kearah lukisan yang terjatuh itu.
  3. Ia menoleh dan memandang kepada makam Gosang Lama.
  4. Tao Seng menoleh dan melihat pulau itu biasa saja.
  5. Semua orang menoleh dan Gulam Sang juga memandang.
  6. Tiga orang pendatang itu menoleh dan menjadi marah.
  7. Roy mengedipkan matanya dan berjalan tanpa menoleh lagi.
  8. Dia sempat menoleh kepada Rangga yang memandanginya terus.
  9. Berarti menulis surat untuk Mama, Roy! Si bandel menoleh lagi.
  10. Menolak untuk menoleh pada si "Pencuri tak tahu terima kasih!".
  11. Si gadis menoleh hendak tersenyum, tapi mendadak dia jadi panik.
  12. Siapa yang tidak akan menoleh dan terpesona memandang gadis itu.
  13. Dia menoleh pada Sika Sure Jelantik dan Jagal iblis Makam Setan.
  14. Kakek itu menoleh kepada Nio-cu dan memandang tajam penuh perhatian.
  15. Dia hanya cukup menoleh saja untuk mendekatkan mulutnya ke telinga gadis itu.
  16. Wajah Gulam Sang berubah kemerahan dan dia menoleh kepada dua orang ka­wannya.
  17. Salahkah itu? Dia menoleh dan melihat betapa kakek itu tersenyum pada tidurnya.
  18. Perwira itu cepat-cepat kembalikan Kapak Naga Geni 212 lalu menoleh pada adiknya.
  19. Apalagi ketika si kacamata itu menoleh dan membelalakkan matanya kepada si Rangga.
  20. Lo-mo menoleh kepada Lo-kwi. Me­reka belum mengenal kami maka berani sembarangan.
  21. Dia tak berani menoleh ke arah Andamsuri yang memandangnya dengan berbagai perasaan.
  22. Keng Han menoleh ke arah mayat Tung-hai Lo-mo. "Engkau membunuhnya?" Cu In mengangguk.
  23. Kwi Hong yang sedang makan itu mengerutkan alisnya dan menoleh sedikit ke arah orang itu.
  24. Diapun menoleh kepada para jagoannya, yaitu Bouw In dan Huang-ho Siang Lomo, minta bantuan.
  25. Dia menghapus air matanya, menoleh kepada Kwi Hong dan berkata, suaranya sudah tenang lagi.
  26. Kakek raksasa itu menunda sumpitnya, menoleh dan memandang kepada Lurah So, "Siapakah engkau?"
  27. Kemudian dia menoleh kepada Cu In. "Kalau tidak ada engkau, agaknya aku pun sudah menemani ayahku tewas.
  28. Tommy keluar dari pintu rumah tukang nujum, dia menoleh ke seberang jalan kearah barisan kereta mati itu.
  29. Akan tetapi cukup untuk menggugah tosu itu dari samadhinya dan dia menoleh ke kanan, ke arah ruji jendela.
  30. Ketika dia menoleh ke kiri, hampir saja hidungnya menyentuh pipi gadis itu saking dekatnya mereka berhimpitan.
  31. Keng Han masih meragu dan menoleh kepada Bi-kiam Nio-cu, bertanya, Bagai­mana, Niocu? Apa yang harus kulaku­kan?
  32. Melihat mereka semua memandang keluar gua, Siauw Cu juga menoleh dan dia melihat seorang gadis berdiri di depan gua.
  33. Tommy melihat kearah kursi singgasana, orang berjubah merah hati itupun menoleh kearah dia, Si Tukang Nujum dia senyum.
  34. Namun yang membuat Hijau Dua menjadi sebal ialah setiap dia menoleh ke belakang, dia sama sekali tidak melihat si pengejar.
  35. Goan Ciang menoleh ke arah hwesio itu dan menjura dengan sikap hormat sambil berkata, "Harap suhu memaafkan teecu (murid)."
  36. "Heiii...siapa...kenapa...." Nelayan itu berseru sambil menoleh dan terbelalak, mukanya kemerahan dan dia marah, juga takut.
  37. Dia menoleh kepada para pengawal untuk minta per­lindungan, akan tetapi para pengawal itu memandang kepadanya sambil tersenyum mengejek.
  38. Dia menoleh cepat ke belakang, tapi tak melihat lagi sosok tubuh Nawang Suri ataupun orang yang tadi muncul menarik gadis itu dari bahunya.
  39. Kakek itu menoleh dan ketika melihat seorang pemuda remaja memakinya ke­jam seperti iblis, dia tidak menjadi ma­rah bahkan tertawa bergelak.
  40. kata Keng Han lalu menoleh kepada Toat-beng Kiam-sian. Locianpwe adalah seorang yang ber­kedudukan tinggi, apakah ucapannya da­pat dipercaya?
  41. Liu Bi menoleh dan pura-pura hanya mengangkat sepasang alis yang hitam itu ke atas, matanya mengerling tajam dan bibirnya yang kemerahan itu tersenyum.
  42. Tay-lek Kwi-ong dengan susah payah bangkit, lalu terpincang-pincang meninggalkan tempat itu, tidak berani menoleh lagi karena dia merasa malu bukan main.
  43. Kalau terlalu mengalah terhadap lawan seperti dia, salah-salah nyawa kita yang melayang," kata Thian Mokko sambil menoleh dan memandang ke arah Pek Mau Lokai.
  44. Sementara itu, Coa Kun dan puterinya ketika mendengar ucapan raksasa itu, otomatis menoleh ke arah dua orang yang duduk di dekat mereka, di kursi kehormatan pula.
  45. Keng Han dan Cu In menoleh dan ternyata yang mengeluarkan ucapan itu bukan lain adalah Panglima The Sun Tek! Cu In bangkit berdiri dan Keng Han juga bangkit berdiri.
  46. Mendengar ucapan itu, hartawan Ji menoleh kepada puterinya dan gadis itu dengan suara lantang berkata, "Ayah, sekarang bukan waktunya lagi bagi ayah untuk menumpuk harta.
  47. melihat tatapan lembut yang dulu selalu untukku dan mampu membuatku tenang, kini hanya tertuju pada Dinsha, tanpa menoleh sedikit pun padaku, membuatku tak bisa menahan perasaanku.
  48. Lurah itu saling pandang dengan kedua orang puteranya, lalu menoleh kepada Bong Kit yang hanya menunduk dengan muka merah karena dia sudah merasa kalah dan tidak lagi berani berlagak.
  49. Akan tetapi pria itu mengangkat muka dan memandang kepada pedangnya di atas meja, sama sekali tidak melirik kepadanya! Padahal semua pria yang berada di rumah makan itu menoleh kepadanya.
  50. Pek Mau Lokai menoleh kepada tiga orang muridnya dan berkata, "Kalian beri gambaran yang jelas kepada Siauw Cu, tentang keadaan kita, tentang perjuangan kita, tentang keadaan pihak musuh.
  51. "Aih, kiranya Cu-piauwko yang datang bersama sumoi? Akan tetapi, apa yang dapat kaulakukan piauw-ko? Aku telah menjadi tawanan Kwa-kauwsu!" Ia menoleh ke arah guru silat itu dan memandang marah.
  52. Pengendara kereta jenazah itu menoleh kearah Tommy dengan wajah dingin, semua orang yang berbaris dengan pakaian hitam-hitam dan bertopi padan itupun menoleh kearah Tommy, wajahnya kaku dan kosong.
  53. Nampak beberapa ekor kelinci dan kijang me­nyeberangi semak dengan hati-hati sekali, telinga mereka membantu mata yang menoleh ke kanan kiri, kemudian mereka melanjutkan jalan menuju ke semak lain.
  54. Biarpun agak enggan, para murid menarik senjata mereka yang ditodongkan kepada Gulam Sang. Dia tertawa menyeringai, lalu menoleh kepada Bi-kiam Nio-cu sambil berkata, "Niocu, maukah engkau pergi dengan aku?"
  55. Gadis itu menerima guci, menoleh dan memandang kepada Shu Ta dengan mata bintangnya, kemudian membuka tutup guci dan menengadahkan mukanya, lalu menuangkan air jernih dari guci itu ke dalam mulutnya yang dibuka sedikit.
  56. Jika kalian sedang "tersesat" ke kampung-kampung terpencil dan melihat seorang pemuda gondrong bertelanjang dada, sedang gembira membajak sawah, berteriaklah padanya: Roy! Pemuda gondrong itu akan menoleh dan tersenyum!
  57. "Masih ada satu hal terakhir yang harus kita selesaikan," katanya sambil menoleh dan memandang kepada Kui Hwa, "yaitu menyadarkan hartawan Ji dan untuk tugas ini, saya kira nona Ji lebih tepat untuk bertindak, kalau saja ia mau melakukannya/"
  58. Tiga orang pendeta yang kepalanya gundul itu menoleh ke kanan kiri seperti orang yang mencari-cari, kemudian se­orang di antara mereka yang berjenggot panjang bertanya, Apakah di sini ter­dapat seorang pendeta Lama jubah ku­ning yang bernama Gosang Lama?
  59. Akan tetapi bukan wataknya un­tuk menoleh dan memandangi orang se­cara kurang ajar, maka dia melangkah terus, hanya kini langkahnya lambat se­kali karena dia ingin tahu apa yang ter­jadi kalau wanita itu berpapasan dengan Bi-kiam Nio-cu yang berjalan di bela­kangnya.
  60. Mendengar langkah lembut itu, Goan Ciang menoleh dan melihat Yen Yen yang rambutnya masih awut-awutan, namun kebetulan ia berdiri menghadap ke timur sehingga cahaya kemerahan jatuh ke mukanya, membuat ia nampak cantik jelita seperti dewi pagi, Goan Ciang memandang terpesona.
  61. Bukankah majikan ini yang melakukan pemerasan terhadap para kuli itu, melalui anak buahnya? Ketika dia menoleh dan bertemu pandang dengan kuli setengah tua yang tadi memperingatkannya, dia melihat betapa orang itu menggeleng kepala sebagai tanda agar dia menolak undangan itu.
  62. Cu Goan Ciang tersenyum dan dia menoleh ke arah Pek Mau Lokai. Biarpun kakek itu tadi sudah menganjurkan agar dia menyambut tantangan gadis itu, tetap saja dia merasa sungkan dan tidak enak hati terhadap ketua Hwa I Kaipang. Melihat pemuda itu menoleh kepadanya, Pek Mau Lokai sambil tertawa mengangguk.
  63. Melihat dua orang tokoh Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai yang tadi menantangnya, dia menambahkan sambil menoleh ke arah mereka. Kalau masih ada yang merasa penasaran dengan pen­dapatku tadi dan hendak menyelesaikan urusan dengan kekerasan, saya dapat melayaninya di kaki gunung, di luar wi­layah Bu-tong-pai.
  64. Koa Hok menoleh kepada Cu Goan Ciang. Dia dan adiknya kini mempunyai perasaan yang aneh, yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya, yaitu perasaan bangga bahwa mereka telah berhasil melakukan sesuatu yang baik dan gagah sesuai dengan keadaan mereka sebagai putera seorang kepala dusun, dan sebagai laki-laki.
  65. Seorang gadis cantik dengan gaun yang dipakai sangat serasi dan cantik tiba-tiba berhenti untuk kemudian menoleh kearah keluarga Munadi Utoyo, atau bisa jadi kearah kamera, degan senyum yang sangat manis, camera zoom in untuk kemudian berku, dia... wajah Darmini yang lain, Darmini yang jauh lebih muda dan jauh lebih cantik.
  66. "Cerewet! Pergilah dan jangan banyak cakap atau kalian sudah bosan hidup?" Berkata demikian, orang itu menggerakkan kedua lengannya yang panjang dan besar, dan enam orang tamu itupun terpelanting ke kanan kiri! Raksasa itu terkekeh, lalu duduk menghadapi meja yang masih penuh hidangan, kemudian berseru sambil menoleh ke arah pihak tuan rumah.
  67. Sa'd bin Abi Waqas melanjutkan: kemudian datanglah 'Ikrimah kepada Rasulullah Saw dan langsung menyatakan keislamannya, sedangkan Abdullah bin Sa'd ia bersembunyi dikediaman Utsman bin Affan, sampai ketika Rasulullah Saw menyeru kepada kaum muslimin untuk dibai'at, maka datanglah Abdullah bin Sa'd, ia lalu berhenti dihadapan Rasululah Saw dan berkata: Wahai Rasulullah! Bai'atlah Abdullah, lalu Rasulullah Saw mengangkat kepala dan menoleh kearahnya, Abdullah memanggil Rasulullah sebanyak tiga lalu, maka barulah Rasulullah Saw membai'at Abdullah pada panggilan yang ketiga.
Bagaimana sobat? mudah-mudahan kalimat di atas dapat membantu kaian. Jika punya kalimat lain, silahkan sobat tambahkan di kotak komentar.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.