Wednesday 18 November 2015

Kali ini kita akan membahas tentang Contoh Kalimat Menggunakan Kata "senjata". Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Contoh Kalimat Menggunakan Kata "senjata"


Dengan melihat dan mempelajari contoh-contoh kalimat untuk kata "senjata", kita akan terbantu untuk memahami arti dan pengertian dari kata tersebut. Perlu juga kalian pahami bahwa arti dan makna kata tersebut bisa berbeda untuk kalimat-kalimat yang tidak sama.

Bagaimana membuat kalimat dengan menggunakan kata "senjata" dalam bahasa Indonesia?
Contoh kalimat yang menggunakan kata "senjata" dapat dilihat pada contoh kalimat yang dikumpulkan dari berbagai sumber di internet seperti berikut ini.

Contoh-contoh Kalimat yang Menggunakan Kata "senjata"

  1. Dari mana kau dapatkan senjata itu?!
  2. Cakra ini bukan senjata sembarangan.
  3. Dia berdiri hendak mengambil senjata itu.
  4. Dia tusukkan senjata mustika itu ke udara.
  5. Sekian lama senjata itu terpisah dari dirinya.
  6. Puluhan senjata menancap di tubuh patih tua itu.
  7. Aku pernah mendengar riwayat besar dari senjata ini.
  8. Liang Siok Cu menggunakan senjata sebuah tongkat kecil.
  9. Kekuasaan menjadi senjata utama dalam segala tindakannya.
  10. Ternyata memang senjata itu ada pada si Datuk keparat itu.
  11. Sinar matahari memantul membuat senjata itu berkilau-kilau.
  12. Dia tewas dibunuh seseorang yang mempergunakan senjata sakti!
  13. Banyak sih alasan klise yang bakal dijadikan senjata andalan.
  14. Tahan semua senjata dan mundur! bentaknya kepada para muridnya.
  15. Semestinya engkau dibunuh oleh banyak senjata murid Bu-tong-pai.
  16. Dimas awas senjata rahasia! teriak Ki Rawe Jembor memberi ingat.
  17. Tiada kekuatan dan senjata didunia yang mampu mengalahkannya..."
  18. “Kwa-kauwsu, aku tidak perlu menggunakan senjata menghadapimu.
  19. Lengan kanannya putus sebatas siku laksana ditabas senjata tajam.
  20. De­ngan senjata golok dan pedang di tangan, mereka maju mengeroyok.
  21. Mereka membuang senjata dan menjatuhkan diri berlutut tanda menyerah.
  22. Karena mungkin saja senjata itu telah diganti dengan yang palsu ... .
  23. Kau akan saksikan kehebatan senjata ini, anak muda!’ kata sang resi.
  24. Dapatkah kau membantu mengembalikan senjata lambang tahta kerajaan itu?
  25. Ketika pedang dicabut darah merah masih menodai ujung senjata sakti itu.
  26. Secepat kilat Sinto Gendeng melompat ke udara menyelamatkan senjata itu.
  27. Primadi memperhatikan senjata di tangannya itu dengan mata tak berkesip.
  28. Cakra Dewa! Inilah saat yang tepat untuk menjajal kehebatan senjata itu.
  29. Ini memang senjata ampuh (paling ampuh), yang dimiliki wanita sejak dulu.
  30. Perduli amat berapa kekuatanmu! Angkat senjata dan usir para perusuh itu.
  31. Ketika golok lawan menusuk dadanya, dia sendiri tak memegang senjata lagi.
  32. Banyak darah melumuri rumput yang terinjak-injak, senjata tajam berserakan.
  33. Dia penasaran sekali karena senjata rantai berpisau lima miliknya musnah di
  34. Sekali goloknya diayunkan, senjata itu membabat ke arah kepala Cokro Ningrat.
  35. Sang bekas murid hendak menghadapi senjata saktinya dengan alat bebunyian itu.
  36. Para penonton menjadi panik melihat mereka semua sudah memegang senjata tajam.
  37. Tapi tidak mengira kalau senjata saktinya juga akan kena ditempel begitu rupa.
  38. Sempat senjata sakti itu menggores kulit dadanya, nyawanya tak akan tertolong!
  39. Kalau sebelumnya dia berusaha menghancurkan senjata lawan maka kini begitu ber
  40. Sisa potongan tali yang dipergunakannya sebagai senjata itu dibuang ke lantai.
  41. Dari dalam pesawat, ARKHYTIREMA menemukan BLERID, senjata canggih Bangsa LILUA.
  42. Tongkat adalah senjata keramat para pengemis untuk menaklukkan setan dan iblis.
  43. Muka, belakang, kanan dan kiri, ia sudah diancam dengan serangan senjata tajam.
  44. Namun, bantuan senjata berat dan besar itu sama sekali tidak mampu menolongnya.
  45. Tubuhnya berkelebatan di antara tiga gulungan sinar dari senjata musuh-musuhnya.
  46. Kalimat diatas merupakan senjata Habibie untuk berdebat dengan lawan politiknya.
  47. Begitu menancap secara aneh senjata ini melejit keluar dan kembali ke arah Wiro.
  48. Perwira Muda, kalau senjata itu kau rampas, aku bersumpah membunuh kau dan adikmu!
  49. Dan akibatnya mereka harus merasakan hantaman keras gagang senjata di tangan Wiro.
  50. Puluhan macam senjata berkelebat menusuk dan menghunjam di sekujur tubuh orang itu.
  51. Karena hanya senjata itulah satu-satunya yang memiliki kemampuan ganas seperti itu.
  52. Keselamatan paman dan senjata itu bisa terancam ... Saya tetap meminta agar Mustiko
  53. “Maksud kamu, agar yang dapat komisi bukan cuma kawanan calo senjata dari Amrik?”
  54. Tahan semua senjata atau aku akan membunuh Siu Lan! teriak Cu In dengan suara nyaring.
  55. Jadi kau yang membunuh Pengiring Mayat Muka Hijau di ruang penyimpanan senjata pusaka.
  56. Mau tidak mau sebelum tenaga dalamnya kena disedot Wiro terpaksa lepaskan senjata itu.
  57. Otak yang menciptakan budi akal, merupakan senjata yang paling ampuh bagi kita manusia.
  58. Ini bisa berujung perang yang lebih dahsyat ketimbang perang dengan senjata supercanggih.
  59. Dia dapat menyelamatkan diri, akan tetapi isterinya tewas di ujung senjata para penjahat.
  60. Ia mulai mundur dan lelah karena harus menangkis sekian banyak senjata yang menyerangnya.
  61. Jadi hampir semua orang tahu kalau senjata mustika lambang tahta Kerajaan itu ada padanya.
  62. Dia sadar apapun senjata yang dimilikinya tak bakal sanggup menghadapi Keris Mustiko Geni.
  63. Setelah kau mendapatkan Keris Mustiko Geni, apa yang hendak kau lakukan dengan senjata itu?
  64. Ketika dia mengulurkan tangan hendak mengambil senjata itu, satu tangan memegang lengannya.
  65. Jika seorang jembel kudisan di pasar Kliwon memiliki senjata itu, apakah dia bisa jadi raja?!
  66. Munculnya pandai besi Panca disambut oleh berpuluh penduduk yang siap dengan senjata masing2.
  67. Ha ... ha ... ! Kau takut menemui kematian di tangan senjata sakti ini?! ejek Cokro Ningrat.
  68. Kedua kaki palsunya yang terbuat dari kayu setiap saat berubah menjadi senjata yang berbahaya.
  69. ’Tapi di luar istana ribuan rakyat sudah siap dengan senjata di tangan! kata Warok Tumo Item.
  70. Beberapa pengawal yang bertugas berjaga-jaga disitu telah pula menghunus senjata masing-masing.
  71. Si perwira sesaat masih memandang lekat-lekat pada senjata ditangannya lalu berpaling pada Wiro.
  72. Dengan mengertakkan geraham Tawang Merto cabut senjata mustika yang disimpannya dibalik pakaian.
  73. Lam-hai Koai-jin yang masih memandang rendah Keng Han, sudah menerjang dengan senjata ruyungnya.
  74. Dia boleh memilih senjata yang di­sukainya! Aku tidak peduli, dia mau ber­senjata atau tidak! '
  75. Langsung saja Tawang Merto memerintahkan agar Wiro dibunuh saat itu juga! Belasan senjata dihunus.
  76. Hanya melucuti senjata milisi pro-Indonesia di Timor Barat, dan tidak bagi lawan mereka di Timur."
  77. Sang pendekar yang terkagum-kagum melihat kehebatan senjata itu hampir terlupa menangkapnya kembali.
  78. Tangan kirinya bergerak ke pinggang, di masa dia menyimpan senjata aneh pemberian Resi Mandra Botama.
  79. Se­mua senjata di rak itu akan patah apa­bila bertemu dengan pedangnya, maka pakailah pedangku ini!
  80. Ah, senjata sakti itu ... Mengapa bisa berada di tangan musuh ... keluh Empu Soka Panaran dalam hati.
  81. Mendengar ini, agaknya para anak buah baru menyadari dan ingat akan senjata rahasiaa mereka yang ampuh.
  82. Mengapa paman yang harus menyimpan senjata itu? Jika ada musuh menyelinap dan merampasnya bisa berbahaya.
  83. Dimana gadis-gadis cantik lainnya... ? Lalu dilihatnya senjata mustika miliknya tergantung di dinding gua.
  84. Begitu serangan tidak mengenai sasaran, senjata itu berputardiudara lalu membalik ke arah Resi Mandra Botama.
  85. Lalu dua senjata sakti mandraguna yakni Kapak Naga Geni 212 dan Pedang Naga Suci 212 sulit harus dihadapinya.
  86. Setelah itu, ia pun meloncat ba­ngun, sabuk sutera yang menjadi senjata ampuhnya itu telah berada di tangannya.
  87. Beberapa kali Hijau Dua terpekik karena ujung selendangnya berhasil dirobek atau dibabat putus oleh senjata lawan.
  88. Ketika senjata ini diayunkan ada sinar terang menyambar disertai letupan keras seperti petir menyambar dikejauhan!
  89. Meskipun senjata rahasia itu tidak mengeluarkan suara namun pendengaran Pendekar 212 Wiro Sableng tak dapat ditipu.
  90. Para perajurit mengeroyok tiga orang sisa para penyerbu dan mereka pun roboh menjadi korban senjata para perajurit.
  91. Satu pertanda ijahwa senjata ini memiliki keampuhan luar biasa dan dapat diandalkan menghadapi Kapak Nage Geni 212.
  92. Namun sebelum dia sempat menyentuh senjata itu, satu totokan membuat tubuhnya menjadi kaku dan mulutnya menjadi bisu.
  93. Ketika dia memukulkan tangannya ke depan maka berhamburanlah lebih dari selusin senjata rahasia berbentuk paku hitam.
  94. Sesaat senjata itu seperti hendak tenggelam menembus tembok, namun di lain kejap melesat kembali ke arah Wiro Sableng.
  95. Sudahlah, Kalucin. Katakan saja ba­gaimana kita hendak mengadu kepandai­an, dengan senjata atau dengan tangan kosong?
  96. Bangsat pemberontak! Kalian mundur kalau tidak mau mampus percuma! Letakkan senjata dan menyerah! teriak Cokro Ningrat.
  97. Ilmu silat Hong-in Bun-hoat adalah ilmu silat sakti yang dimainkan dengan tangan kosong atau menggunakan senjata pedang.
  98. Sebagai bekas murid, Dewi Lembah Bangkai tahu betul kehebatan golok tersebut yang merupakan sebuah senjata mustika sakti.
  99. Karena tidak memiliki kesaktian dan kekuatan, senjata itu terasa berat hingga agak susah baginya menyelipkan di pinggang.
  100. Pedang Iblis segera hunus senjata andalannya yakni sebilah pedang panjang yang berkilat-kilat ditimpa sinar matahari pagi.
  101. Melihat lawan keluarkan senjata berbahaya Hijau Dua dan Hijau Tiga segera loloskan selendang yang dijadikan ikat pinggang.
  102. _Trang-tranggg.... Bunga api berpercikan ketika kedua senjata itu bertemu dan mereka segera bertanding lagi dengan serunya.
  103. Selain gerakannya amat lincah dan cepat, juga senjata yang ringan itu bergerak dengan kecepatan kilat yang menyambar-nyambar.
  104. Sarung tangan yang kau miliki itu adalah palsu Suto Angil! Malam tadi aku masuk ke dalam tempat penyirnpanan senjata rahasia.
  105. Dia pula yang telah melemparkan senjata itu untuk menyelamatkan Andamsuri, istrinya sendiri yang dulu pernah disia-siakannya.
  106. Mendengar seruan ini, banyak pasukan dari benteng berlari keluar tanpa membawa senjata dan merigacungkan kedua tangan ke atas.
  107. “Untuk menghadapi golok pernotong ayam itu aku tidak perlu menggunakan senjata apa pun, cukup dengan tangan dan kakiku saja.
  108. Me­reka juga berlompatan ke belakang, dan serentak mereka mengeluarkan senjata rahasia itu dan menghujankan ke arah gadis itu.
  109. “Sudah kukatakan kalian tidak boleh menggunakan senjata golok, dan kalian masih berani membangkang!” bentak gadis itu galak.
  110. Tongkat merupakan kawan dan senjata yang setia bagi kami dan tidak akan kami tinggalkan, apa lagi kami serahkan kepada orang lain.
  111. Anak buahnya juga dengan penuh semangat menyerbu keluar dari rumah itu, dengan senjata di tangan dan penuh semangat, penuh dendam.
  112. Selain dicurigai berbau KKN, juga dikhawatirkan vaksinnya tak cocok, dan bisa dimanfaatkan oleh kaum teroris sebagai senjata kuman.
  113. Namun sebelum senjata itu sempat dihunusnya, dua hantaman pada punggung dan belakang kepalanya membuat Adi Sara tersungkur ke depan.
  114. Dari balik pakaian birunya Bidadari Angin Timur keluarkan sebilah senjata bermata dua yang memancarkan cahaya putih perak menyilaukan.
  115. Apalagi dia tidak bersenjata, sedangkan tiga orang datuk yang menyerangnya itu menggunakan tiga macam senjata yang berbeda gerakannya.
  116. Kesepakatannya berlangsung dalam sebuah ritual di tepi Sungai Kahayan, setelah dilakukan gencatan senjata antarsuku di Kalimantan, yang
  117. Tak lama kemudian dia menerima kabar sang patih ditemui telah jadi mayat dalam kamar penyimpanan barang-barang dan senjata pusaka istana.
  118. (SULUK) Bila orang yang selamat dari pembunuhan lalu berteriak-teriak minta senjata untuk membunuh siapa lagi, termasuk istri dan anaknya.
  119. Delapan orang pengeroyok itu semua mempergunakan tongkat pendeta yang panjang sedangkan dua Lama Jubah Me­rah menggunakan senjata kebutan.
  120. Tiba-tiba Lo Siu Lan mencabut pe­dangnya dan melemparkan pedang itu kepada Keng Han. Si Keng Han, pedang Suhengku merupakan senjata ampuh.
  121. Dia coba memukul tangan lawan yang memegang senjata maut dengan tangan kiri karena tangan kanan dipakai bersrtekan ketanah agar tidak jatuh.
  122. Hal ini mengingatkan kita akan peristiwa perang di Irak yang ketika itu oleh pemerintahan Bush dituduh memiliki senjata nuklir pemusnah masal.
  123. MESKIPUN berhasil menghancurkan dan mengangkangi Irak, baik Amerika maupun Inggris tak mampu membuktikan adanya senjata pemusnah massal di Irak.
  124. Hawa sakti yang keluar dari Keris Mustiko Geni membuat senjata itu mengapung ke atas namun selewatnya sambaran hawa, Cakra Dewa kembali menukik.
  125. Kehebatan senjata ini terletak pada kepingan pisau yang bisa menyerang serentak sekaligus pada satu sasaran atau menebar menghantam lima sasaran!
  126. Dia sudah berhasil merobohkan delapan orang pengeroyok, akan tetapi dia sendiri mulai menerima sambaran senjata lawan yang membuat dia luka-luka.
  127. Kalau begitu, tuduhan bahwa Iran tengah mengembangkan senjata nuklir juga cuma dalih untuk mendudukinya, sekaligus rekayasa CIA dan juga bush-ta?
  128. Kau ... kau Pendekar 212 ... ?! Suara sang perwira bergetar dan tangannya yang memegang senjata mustika itu mendadak terasa seperti kesemutan ...
  129. Meskipun halaman belakang itu agak gelap namun sinar pedang yang berwarna kebiruan jelas terlihat tanda pedang itu adalah sebilah senjata mustika.
  130. Karena golok itu merupakan modal mereka bekerja dan dipercaya Ji wan-gwe, maka mereka selalu mengasah senjata itu sehingga nampak berkilauan tajam.
  131. Setiap kali senjata pedang mereka bertemu golok hampir saja pedang itu terlepas dari pegangan karena telapak tangan mereka tergetar dan terasa panas.
  132. Karena tidak menduga akan mendapat serangan senjata rahasia berupa binatang-binatang beracun begitu rupa, Pendekar 212 tidak mampu menyelamatkan diri.
  133. Maka kini melihat dua puluh orang lebih yang berpakaian dan berkedok hitam, mereka terkejut dan segera berloncatan sambil mencabut senjata masing-masing.
  134. Menurut Naga Kuning yang aku suruh menyelidik ke Lembah Akhirat senjata sakti itu memang berada di tangan sang Datuk. Tapi tak diketahui disimpan .di mana.
  135. Tiga buah jarum senjata rahasia yang sebelumnya dihantamkannya ke tubuh Imo Gantra kini tampak melekat pada badan kapak, berwarna merah karena terlapis darah.
  136. Setelah berloncatan mundur dan ke kanan kiri untuk mengelak, akhirnya dia menyambar tangkai pancingnya dan dengan senjata istimewa ini dia melakukan perlawanan.
  137. Raden Cokro Ningrat cepat mengambil senjata Mustika itu, memasukkannya ke dalam sarung yang ditariknya dari pinggang Wulung Kerso, lalu meninggalkan mangan itu.
  138. "Lha, dulu saja, klaim Presiden Bush dan PM Inggris Blair soal senjata pemusnah massal Irak, dan bahwa Irak mampu menggelar senjata itu dalam waktu 45 menit...?"
  139. Sehingga, supaya bisa bertugas secara leluasa, mereka meminta agar dilengkapi dengan senjata maklumat pemerintah, yang menyatakan "negara dalam keadaan darurat".
  140. “Kalau begitu, jika kita beli senjata bikinan Amrik, berarti kita mendukung rezim yang zalim!” kata MH. “Maka, kita harus mengembargo senjata dari Amrik!”
  141. Maka ia cepat bertukar senjata dengan Keng Han dan segera menyerang Tung-tiai Lo-mo yang dibencinya karena datuk ini pernah menyingkap cadarnya dan melihat mukanya.
  142. Para pembantunya lalu menodongkan senjata dan Mimi tidak dapat berbuat apapun, kecuali menurut, dengan muka cemberut ia mengikuti rombongan itu pergi memasuki hutan.
  143. Dalam mimpi saya melihat ada orang mencuri sepasang sarung tangan sakti milik Datuk. Apakah senjata itu masih ada pada Datuk saat ini? Harap Datuk sudi memeriksa ... .
  144. Goan Ciang menyambar pedang itu dan sekali dia mengelebatkan senjata itu, robeklah perut Bhong-Ciangkun yang mengeluarkan suara jeritan panjang lalu roboh mandi darah!
  145. Melihat betapa dua puluh lima orang itu sudah memegang senjata semua, Goan Ciang lalu berteriak ke arah kepala dusun yang masih berdiri didampingi dua orang puteranya.
  146. Tak cuma sibuk melakukan imunisasi karena jeri terhadap senjata kuman, mereka juga beramai-ramai menyimpan sperma di sejumlah klinik, agar kelak masih bisa punya anak.
  147. Bahkan mereka yang terluka terkena goresan senjata tajam lawan juga masih tetap bersemangat, seolah darah mereka yang mengalir merupakan tanda yang membuat mereka bangga!
  148. Ia adalah seorang ahli tiam-hiat-to (menotok jalan darah) dan tongkatnya merupakan senjata andalannya karena tongkat itu menyambar-nyambar mengarah jalan darah para lawannya.
  149. Wiro maklum, apapun kehebatan senjata di tangan dua kakek berkepandaian tinggi itu, namun Keris Mustiko Geni tetap merupakan senjata paling berbahaya yang harus diperhatikannya.
  150. Pedang yang baik, tidak pantas seorang wanita secantik engkau bermain-main dengan senjata tajam seperti ini! Dia melontarkan pedang itu dan ceppp!! pedang menancap di atas meja.
  151. Dewi Lembah Bangkai melihat bahwa kedua tangan si nenek masih berwarna biru tanda setiap saat dia bisa saja melepaskan senjata rahasianya yaitu kelabang-kelabang maut berwarna biru.
  152. Walau senjata di tangan Wiro adalah senjata sakti yang telah menggegerkan rimba persilatan namun begitu tenaga dalam sang Datuk menghantam, tangan yang memegang kapak bergetar keras.
  153. Pekik jerit mereka yang terluka, erangan orang-orang yang meregang nyawa, suara teriakan para Kepala Pasukan, ringkikan kuda dan suara beradunya senjata semua bergabung menjadi satu.
  154. Dan sebagai sebuah lembaga yang memiliki kewenangan super, KPK sebenarnya punya senjata untuk memangkas jalur birokrasi untuk mengusut pejabat negara yang diduga makan uang haram itu.
  155. Tubuhnya bergulingan menjauh, kemudian dia meloncat berdiri dan biarpun kini dia sudah tidak memegang senjata lagi, dengan nekat dia lalu menerjang dan menyerang dengan tangan kosong!
  156. Ketika menerima laporan dari Pengiring Mayat Muka Merah bahwa ruang rahasia penyimpanan senjata dibobol orang, Datuk Lembah Akhirat segera menghambur menuju ruangan di bawah tanah itu.
  157. Pek Mau Lokai yang menjawab, “Siauw Cu, engkau tidak tahu bahwa senjata tongkat bagi kami merupakan senjata andalan, juga merupakan tanda bahwa kami adalah anggota kaipang yang setia.
  158. Namun baru saja dia menggerakkan kapak ke arah senjata di tangan Imo Gantra, Cokro Ningrat kembali masuk ke dalam kalangan pertempuran dengan tikaman Keris Mustiko Geni ke arah dadanya.
  159. Para pengeroyoknya adalah tukang-tukang pukul yang memegang senjata golok dan ruyung, akan tetapi pemuda itu dengan kedua tangan kosong saja melawan mereka membagi pukulan dan tendangan.
  160. Tapi Datuk Lembah Akhirat memiliki satu senjata yang sulit dicari tandingannya! Kalau Bujang Gila Tapak Sakti berhasil mendapatkan senjata itu mudah bagi kita untuk meng-hancurkan mereka.
  161. Sebagai perajurit tentu saja dia tidak mungkin membawa-bawa dayungnya, maka dia memilih memegang tombak daripada lain senjata karena tombak itu dapat dipergunakan sebagai senjata dayungnya.
  162. Walaupun kemudian si bocah Naga Kuning dengan cepat berhasil mengambil senjata itu namun me-nyaksikan kapak sakti warisannya itu dibuang seolah sampah saja Sinto Gendeng memaki habis-habisan.
  163. Nasib kehidupan dan kematian manusia sudah ditentukan! Tapi aku Jagal Iblis Makam Setan bisa merubah semudah membalikkan telapak tangan! Gadis yang memegang pedang, serahkan senjata itu padaku.
  164. Kini Nawang Suri menjadi bulan-bulanan, ditangkap hidup atau mati sedang Keris Mustiko Geni yang terlepas mental akibat hantaman senjata Ki Rawe Jembor berhasil dirampas oleh Patih Wulung Kerso.
  165. Lima pisau Imo Gantra yang seharusnya membabat lengan Nawang Suri kini menderu hanya seujung ibu jari di depan hidung Pendekar 212 dan senjata ini hancur berantakan dihantam Kapak Naga Geni 212.
  166. Karena dia tidak memiliki senjata lain kecuali pe­dang bengkok pemberian ibunya, maka dia mencabut pedang bengkoknya dan melawan, bahkan membalas karena kalau tidak dia tentu akan terancam bahaya maut.
  167. Kurang ajar! Aku harus mengejar bangsat itu! kertak Imo Gantra marah dan bertindak hendak mengejar meskipun tangannya masih terasa sakit dan panas akibat bentrokan senjata dengan Kapak Naga Geni 212 tadi.
  168. Aku bukan orang yang suka mempergunakan senjata dan kekerasan untuk memaksakan kehendakku, apa lagi memaksa wanita yang tidak suka untuk menjadi isteriku. Biar kulawan engkau dengan tangan kosong saja.”
  169. “TETAPI, kalau benar babi begitu canggih, dari pada memperpanjang status darurat militer di Aceh, bagaimana kalau brigade babi dikirimkan ke sana untuk melacak senjata dan personel GAM?” kata rekan JP.
  170. Ributlah dua puluh lima orang itu mengepung dan mengeroyok Goan Ciang dan Shu Ta. Dua orang pemuda ini maklum bahwa dikeroyok demikian banyaknya orang yang memegang senjata tajam, mereka tidak boleh lengah.
  171. Dan selagi dia meragu untuk menyambut tantangan Yo Han, Thian It Tosu yang sejak tadi hanya menonton saja lalu melangkah maju dan dia berseru lantang, “Cuwi harap menahan senjata dan berhenti berkelahi!”
  172. Hayo, orang muda. Kau boleh meng­gunakan senjata apa pun, boleh kau pilih dari rak senjata itu untuk menghadapi pedangku! kata kakek itu sambil meng­angkat tongkat di tangannya yang dalam­nya terisi pedang.
  173. Biarpun agak enggan, para murid menarik senjata mereka yang ditodongkan kepada Gulam Sang. Dia tertawa menyeringai, lalu menoleh kepada Bi-kiam Nio-cu sambil berkata, “Niocu, maukah engkau pergi dengan aku?”
  174. MESKIPUN embargo senjata dari Amerika Serikat – setelah berlangsung 12 tahun menyusul tudingan bahwa TNI melakukan pelanggaran HAM berat di Timor Timur -- dicabut, kehormatan dan kedaulatan RI harus ditegakkan.
  175. Pakaian mere­ka tidak karuan dan sikap mereka kasar sekali, mata mereka liar dan bengis, dipimpin oleh seorang laki-laki tinggi besar yang muka codet, yaitu terdapat cacat bekas goresan senjata pada pipi kirinya.
  176. Di tangan Cu In sabuk sutera itu menjadi senjata yang ampuh, dapat melibat senjata lawan, dapat pula menotok jalan darah dan dengan sin-kangnya ia dapat membuat sabuk itu sebagai pecut yang dapat melecut dengan ganasnya!
  177. Seringkali terjadi pertempuran dan mereka juga mendapat gangguan dari para pendeta Jubah Ku­ning yang tidak segan merampok mereka untuk merampas senjata dan harta benda karena mereka membutuhkan biaya untuk pemberontakan mereka.
  178. Kami tidak tahu melakukan kesalahan apa, tapi sesuai perintahmu aku menyerahkan diri! Selesai berkata begitu Wiro dengan satu gerakan kilat cabut Kapak Maut Naga Geni 212 dan hantamkan gagang senjata mustika ini ke perut si Perwira Tinggi.
  179. Karena menghadapi banyak orang yang memegang senjata tajam, Kwi Hong me­lompat jauh ke belakang sambil me­ngerahkan kedua tangannya ke punggung dan di lain saat kedua tangannya sudah memegang sepasang pedang yang ber­kilauan saking tajamnya.
  180. Setiap kali ditangkis, pemegang senjata itu merasa tangannya tergetar oleh hawa yang dingin sekali kalau yang menangkis itu tangan kiri Keng Han, sedangkan kalau tangan kanan yang menangkis, lawannya merasa hawa yang amat panas menyerang dirinya.
  181. Mereka, dipimpin oleh Bong Kit, selain memandang rendah dua orang pemuda itu, juga tentu saja merasa malu kalau harus mengeroyok dua orang yang tidak bersenjata itu denggan menggunakan senjata tajam pada hal jumlah mereka sudah demikian banyaknya.
  182. Tapi laki-laki itu segera mencabut serpihan kayu almari dan segera bangkit, diapakainya sebagai senjata semacam pedang yang segera disabetkan ketangan Mayat Murniati yang mengangkat kursi, kursi itu mental, tangannya luka, darah yang keluar hitam.
  183. Pedangnya menyambar-nyambar ganas dan cepat ke arah tubuh Goan Ciang. Karena huncwe di tangan Yo Ci juga menyambar-nyambar dengan totokannya dan semua jalan keluar dihadang oleh sambaran senjata para pengeroyok lainnya, maka Goan Ciang agak terdesak.
  184. Jadi, kaulah rupanya yang malam tadi mencoba menyergap dan membunuh Pangeran Purbaya! Bukankah keris berselubung kain itu juga yang kau pergunakan? Sengaja keris sakti kau bungkus dalam kain agar tidak mudah diketahui senjata apa yang ada di tanganmu!
  185. Aku tidak biasa menggunakan pedang atau senjata lain.” Tadinya dia dan Lee Siang saling menyebut twako dan siauwmoi hanya untuk bersandiwara dan bersiasat kepada Kwa-kauwsu, akan tetapi sekarang rasanya canggung kalau mengubah sebutan yang sudah akrab itu.
  186. Rasulullah Saw menghampiri dan meletakkan kepala sa’d di kedua lengannya, lalu mengutus senjata dan kudanya kepada istrinya, kemudian ia berkata: katakan kepada mereka: Pemuda itu telah menikahi kebaikan lebih baik dari gadis kalian, dan inilah warisannya .
  187. Kakek ini lemparkan senyum sambil kedipkan matanya karena dia kini maklum Andamsuri dan Bidadari Angin Timur sengaja mencuri Pedang Naga Suci 212 sekedar menjalankan siasat agar senjata sakti itu tidak jatuh ke tangan Sabai Nan Rancak atau Sutan Alam Rajo Di Bumi,
  188. Dia terkejut dan melihat bahwa tempat dia dan kakek itu berada, telah dikepung oleh belasan orang! Ada yang berpakaian pengemis, adapula yang berpakaian perajurit! Akan tetapi mereka itu bukan menyambutnya dengan hormat, melainkan mengancamnya dengan senjata di tangan.
  189. Pedangnya diputar dan paku-paku itu rontok, dan ketika tangan kirinya bergerak, ia sudah menangkap beberapa batang paku beracun itu dan begitu ia menggerakkan tangan menyam­bitkan paku-paku itu ke arah penyerang­nya, empat orang terjungkal roboh oleh senjata mereka sendiri.
  190. Sabuk sutera itu seolah hidup di tangan Cu In, bergerak seperti seekor ular dan setiap kali ditangkap dapat melesat cepat menghindar lalu menyerang lagi dengan patukan yang mengarah jalan darah karena sesungguh­nya senjata lemas itu dapat dipergunakan untuk menotok jalan darah.
  191. Rambut ini, yang lembut dan berbau harum, merupakan senjata yang tidak kalah ampuhnya dengan pedang di tangan kanan Niocu. Bahkan gerakan rambut ini datangnya tidak terduga-duga, bisa dipergunakan untuk menyolok mata, melibat dan mencekik leher, bahkan menotok ke arah jalan darah lawan.
  192. Ilmu silat itu bahkan lebih cocok dimainkan dengan tangan kosong, karena seperti gerakan seekor rajawali, tangan itu bukan hanya dapat dipergunakan untuk memukul dan menotok, namun juga mencengkeram dan keampuhan tangan dari ilmu itu tidak kalah hebatnya dibandingkan senjata yang bagaimanapun.
  193. Mereka segera mencabut senjata dan melawan sedapat mungkin, akan tetapi karena tempat itu sempit dan mereka tidak melakukan persiapan, diserang secara mendadak sehingga panik, maka sebentar saja, empat orang roboh lagi oleh tombak Yen Yen yang dimainkan seperti tongkat, dan pedang di tangan Goan Ciang.
  194. Enak betul kau menimpakan kesalahan pada orang lain! Aku memintanya ke sini bukan untuk berkasih-kasihan seperti yang kau lakukan di tepi telaga! Tapi untuk mengobati kutuk yang menimpa dirinya dengan senjata ini! Lalu ada suara berdesing disertai memancarnya sinar putih dan menebarnya hawa sangat dingin.
  195. Yen Yen dan Siauw Cu dapat menyelinap dan bersembunyi di balik semak belukar, mengintai keluar! Nampak sinar obor dan bermunculan puluhan orang dari bawah, orang-orang yang memegang obor dan senjata tajam, jelas di bawah sinar api itu nampak orang-orang berpakaian perajurit dan mereka berpakaian tambal-tambalan serba hitam.
  196. Dapat dibayangkan betapa kacau dan paniknya para anggota gerombolan perampok itu ketika tiba-tiba saja sarang mereka telah dikepung ratusan orang prajurit dan serbuan datang dari segenap penjuru! Mereka adalah orang-orang yang biasa dengan kekerasan, maka setelah panik sejenak, mereka segera menyambar senjata dan melawan mati-matian.
  197. “Saudara sekalian, sekarang harap kalian mempersenjatai diri, bukan dengan senjata tajam, melainkan alat-alat pemukul saja dari kayu, atau tongkat, apa saja yang dapat kita pakai untuk melawan, akan tetapi bukan untuk membunuh!” terdengar Koa Hok berteriak lantang, membuat Goan Ciang dan Shu Ta saling pandang dan tersenyum girang.
  198. Yang pertama adalah apabila pria selesai melaksanakan hajatnya, kedua seorang pria melihat senjata atau pedangnya, dan ketiga adalah sekarang aku sedang membawa pedang maka bawalah oleh kalian, jika salah seorang gugur maka jangan ada yang saling bersedih satu sama lainnya, dan apabila aku yang gugur, maka jangan kalian sesali kepergianku.
  199. Sudah ada sepuluh orang yang terpelanting dalam gebrakan pertama itu, maka para pengeroyok itupun menjadi jerih dan begitu mendengar aba-aba Bong Kit yang telah mencabut pedang, mereka semuapun mencabut senjata mereka. Ada yang memegang golok, pedang, tombak, ruyung dan mereka kini mengepung dua orang pemuda itu dengan sikap bengis dan mengancam.
  200. Biarpun tongkat itu hanya terbuat dari kayu, namun ditangan Goan Ciang yang mengerahkan sin-kang, senjata sederhana itu akan mampu menembus pakaian dan kulit daging dan dapat mematikan, Khabuli maklum akan hal ini, maka diapun melempar tubuh ke belakang dan berjungkir balik untuk menghindarkan tusukan, Goan Ciang mengejar, tongkatnya menyambar-nyambar.
  201. “Nona, aku hanya mempunyai sebatang pedang, akan tetapi pedang itu hanya akan kupergunakan untuk menghadapi musuh.” Dia teringat akan pedangnya, pedang yang pernah menembusi dada Lee Siang kekasihnya, pedang yang sejak saat itu selalu dibawanya dan tadi dia tinggalkan di dalam gua karena dia tidak ingin menghadapi tantangan nona itu dengan senjata di tangannya.
  202. Dia pernah mempelajari ilmu pengobatan, walaupun tidak banyak, dari gurunya ketika dia berada di kuil Siauw-lim-pai. Setidaknya, oleh Lauw In Hwesio dia diajar bagaimana caranya mengobati luka oleh senjata tajam, bahkan sedikit tentang pengobatan menggunakan tenaga sin-kang seperti mengobati luka dalam dan menggunakan sin-kang mengusir hawa beracun dari dalam tubuh korban.
  203. Sementara itu Hijau dua sudah terlibat dalam perkelahian yang hebat dengan Pedang Iblis, Keganasan ilmu pedang lelaki berusia tiga puluh tahun itu seolah-olah terbendung oleh kehebatan selendang di tangan Hijau Dua yang bisa meliuk mematuk seperti ular atau menderu membelit siap menjirat tangan atau senjata lawan tapi juga bisa berubah seperti sebuah tongkat baja yang keras.
  204. Bagaikan seekor burung rajawali saja, tubuhnya berkelebatan dan berloncatan seperti terbang, cepat bukan main dan dari atas, dari segala jurusan, dia membalas serangan lawan dengan tendangan, cengkeraman dan totokan, membuat Kwa-kauwsu menjadi sibuk sekali karena biarpun semua serangan balasan itu tidak mempergunakan senjata, namun bahanya tidak kalah dengan serangan senjata tajam.
  205. MESKIPUN dunia beradab tak pernah henti mengutuk kebiadaban Israel terhadap bangsa Palestina dan kebiadaban Amerika Serikat terhadap bangsa Irak, Kapolri Da’i Bachtiar tampaknya baru menemukan “pelajaran berharga” dari kebrutalan anak buahnya sendiri, yang menggasak para mahasiswa pro-Abu Bakar Ba’asyir di kampus Universitas Muslim Indonesia di Makassar, dengan senjata mereka.
  206. “Kalahkan dulu kami kalau engkau ingin bebas!” tantangnya dan dia sudah menggerakkan pedang yang tersembunyi dalam tongkatnya itu untuk menyerang Kai-ong. Melihat pimpinan mereka sudah menyerang kakek pengemis yang baru tiba itu, anak buah Kwi-kiam-pang kembali menyerbu ke arah Cu In dan Han Li. Dua orang gadis itu menggerakkan senjata mereka dan bekerja sama melakukan perlawanan.
  207. Setelah dia mengaku kepada nelayan itu bahwa dia yang pernah menggegerkan bandar sungai Wu-han membela para pekerja kasar, nelayan itu tentu saja menghormatinya dan atas bantuan nelayan itu, Goan Ciang berhasil membeli obat-obat untuk luka-luka di tubuhnya, membeli pula pakaian kasar beberapa stel untuk mengganti pakaian pengantin yang masih menempel di tubuhnya, pakaian pengantin yang robek-robek oleh senjata para pengeroyok dan bernoda darah.
  208. Swat-hai Lo-kwi menusukkan pedangnya ke arah lambung Keng Han dan pada saat itu dayung baja Tung-hai Lo-mo menghantam ke arah kepalanya dan ruyung Lam-hai Koai-jin menghantam punggungnya! Diserang secara serentak seperti itu, Keng Han cepat meloncat tinggi untuk menghindarkan semua serangan dan kedua kakinya menendang dan menangkis dayung baja dan ruyung, kemudian sambil menjejakkan kedua kaki pada dua senjata itu tubuhnya berjungkir balik ke belakang dan selamatlah dia dari tiga serangan yang dilakukan serentak itu.

Bagaimana teman-teman? jika kalian punya kalimat lain, silahkan tambahkan di kotak komentar.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.