Dengan melihat dan mempelajari contoh-contoh kalimat untuk kata "marah", kita akan terbantu untuk memahami arti dan pengertian dari kata tersebut. Perlu juga kalian pahami bahwa arti dan makna kata tersebut bisa berbeda untuk kalimat-kalimat yang tidak sama.
Bagaimana membuat kalimat dengan menggunakan kata "marah" dalam bahasa Indonesia?
Contoh kalimat yang menggunakan kata "marah" dapat dilihat pada contoh kalimat yang dikumpulkan dari berbagai sumber di internet seperti berikut ini.
Contoh-contoh Kalimat yang Menggunakan Kata "marah"
- Saya tidak marah dengan Anda.
- Tentu saja Kwa-kauwsu marah bukan main.
- Pergilah, atau aku akan marah kepadamu!
- Tapi kakek itu menjadi lebih marah lagi.
- Nggak ujug-ujug marah bin nepsong begitu.
- Saya marah atas ucapan pramuniaga tersebut.
- Dua orang kawannya menjadi marah bukan main.
- Toat-beng Kiam-sian menjadi marah bukan main.
- Hek-houw Tang Kwi menjadi marah kepada puteranya.
- Siu Lan tidak marah melainkan menghela napas lagi.
- Dua orang tukang pukul itu menjadi marah bukan main.
- Apabila mereka marah dan mengusir, iapun akan pergi.
- Agaknya gadis itu marah diserang dengan cara curang.
- Juga Khalaban, kepala suku Khitan itu marah sekali.
- Tapi yang paling marah adalah Andamsuri, ibu Puti Andini.
- Cokro Ningrat membentak marah dan cepat run-dukkan kepala.
- Raksasa muka hitam itu tidak marah bahkan tertawa bergelak.
- Para panglima Mongol menjadi marah dan terjadi pertempuran.
- Hal ini membuat Khabuli menjadi semakin marah dan penasaran.
- Tentu saja Gu Lam Sang menjadi marah sekali dan juga bingung.
- Melihat ini, Bouw Ku Cin dan Bouw Mimi sudah marah bukan main.
- Hilm atau tidak suka marah merupakan akhlak yang sangat mulia.
- Melihat dua orang tosu ini, Yo Han sudah menjadi marah sekali.
- Nafasnya mendadak jadi turun naik oleh marah dan juga khawatir.
- Dada menggemuruh marah namun tidak satupun bertindak lebih jauh.
- Dengan marah Liu Bi membereskan pakaiannya sebelum lari mengejar.
- Akan tetapi si codet menjadi penasaran dan marah sekali karena malu.
- Mendengar ucapan pemuda remaja itu, Harimau Hitam menjadi marah sekali.
- Krena itu, tentu saja aku benci dan marah melihat sumoi hendak merebutmu.
- 99. Kisah gugurnya seorang sahabat yang marah atas nama Allah dan Rasulnya
- “Apakah mereka takkan marah apabila ia datang ikut mendengarkan cerita ?"
- Saat itulah terdengar bentakan penuh marah disertai berkelebatnya seseorang.
- Mimi yang sudah marah sekali menudingkan telunjuknya ke arah muka brewok itu.
- Dua orang kawannya menjadi marah dan kembali mereka menyerang dari kanan kiri.
- Bong Kit menjadi marah sekali kepada anak buahnya yang dianggapnya tidak becus.
- “Tidak apa-apa, Suhu. Aku yang menanggung kalau orang tuaku marah kepadaku.”
- Akan tetapi hal itu membuat para datuk marah kepadanya sehingga ayahku dibunuhnya.
- Kita terlambat! teriak kepala desa lalu dengan marah ditendangnya kepala orang itu.
- Darmini matanya menyala marah dial lebih-lebih marahnya dia tudingkan tangannya tajam.
- Tadinya dia sudah marah merasa hampir putus asa karena pemuda itu demikian keras hati.
- Juga Dewa Ganesya itupun tentu marah sehingga merusak belalainya sendiri!" kata Panca.
- Engkau memang wanita kejam! Keng Han memaki marah dan memandang dengan mata melotot.
- Cu Goan Ciang lalu maju menghadapi ketua atau guru dari Yang-ce Bu-koan yang marah itu.
- Akan tetapi Bi-kiam Nio-cu yang sudah marah sekali itu tidak peduli dan hanya berteriak.
- berani meninggalkan Pulau Andalas tempo hari neneknya itu sudah marah besar terhadapnya.
- Dengan marah dia membentak, Kalucin apa maksudmu dengan protes itu? katanya mengancam.
- Apakah engkau akan marah dan membunuhmu kalau aku mengatakan bahwa aku suka kepadamu?”
- Melihat kedua orang itu kini nampaknya marah kepadanya, Kwi Hong tersenyum mengejek.
- Pandangan marah kepada Tay-lek Kwi-ong lenyap dan dia percaya sepenuhnya kepada suhengnya.
- “Dengan ini!” Lam-hai Koai-jin berteriak marah sambil menggerakkan tangkai pancingnya.
- Sambil berteriak marah Suro Markum dan Tapak Jingga perlihatkan kembali sosok tubuh mereka.
- Subo marah dan hendak membunuhku, akan tetapi dicegah ayahku. Hatiku demikian sakit rasanya.
- Sambil berteriak marah perempuan ini menggebrak ke arah sang Datuk. Datuk mesum kurang ajar!
- Jeritan geram dan marah keluar dari mulut beberapa orang mendengar kata-kata Datuk Akhirat itu.
- Menik yang mengetahui telah dibohongi, langsung marah dan minta turun dari angkot saat itu juga.
- Dia menjadi marah sekali dan meloncat ke depan dua orang pendeta yang menonton pertandingan itu.
- Akan tetapi engkau hendak membunuhnya karena engkau marah mendengar bahwa dia tidak mencintamu.
- Mimi marah sekali mendengar ucapan itu dan menolak pemuda dusun itu menolak uluran tangan kakaknya.
- Mendengar obrolan mereka yang dilakukan sambil tertawa-tawa itu, Mimi merasa muak dan marah sekali.
- Tentu saja para prajurit itu marah sekali dan maklum bahwa merekalah yag dimaki sebagai monyet busuk.
- Lo Cit membelalakkan matanya, kakek yang kakinya timpang ini marah sekali mendengar pertanyaan itu.
- Serangannya ini membuat gadis itu bertambah marah karena mengira bahwa tosu itu hendak berkurang ajar.
- Itu filtnah! Engkau lancang mulut dan perlu dihajar, orang muda! kata Juragan Lui dengan marah sekali.
- Bangsat rendah! Siapa kau?! teriak Sri Baginda marah sekali lalu memburu dengan pedangnya ke arah Wiro.
- Kamu yang memukul kepalaku, ya?" teriak A-sam dan dia langsung saja menuduh A-cui. Acui menjadi marah lagi.
- Aku tidak mungkin memenuhi permintaannya dan ia menjadi demikian marah sehingga meninggalkan aku begitu saja.
- Melihat hal ini sang Ayah, Adipati Tawang Merto menggerung marah dan lepaskan satu jotosan ke wajah Hijau Dua.
- Kini, melihat puteri seorang menteri Mongol tertawan, dia bukan merasa gembira, bahkan kelihatan marah sekali!
- Pak Domo yang tukang tambal ban itu kehilangan korek api yang bisa berbunyi ceklik-ceklik, hingga marah besar.
- Bangsat kurang ajar! Penipu keparat! teriak Juminto marah karena mengira apa yang dikatakan Ki Dukun itu benar.
- Ketika mendapat kenyataan bahwa tawanan telah lolos, Gulam Sang menjadi marah sekali dan dia menampari para penjaga.
- Tay-lek Kwi-ong sudah marah dan ingin membunuh Mimi yang tadinya akan dijadikan sandera agar dia tidak dikejar pasukan.
- “Kami akan mengadu nyawa denganmu!” Thian-tan Tosu membentak marah dan dia sudah menyerang ke arah ketua palsu itu.
- Dengan sikap seperti orang marah gadis itu menutupkan tirai joli dan membentak rombongannya untuk melanjutkan perjalanan.
- Darmini marah bukan main dia menyuruh menangkap Tmmy dengan hanya menudingkan tangannya tajam menunjuk arah Tommy berlari.
- Keng Han yang sudah marah sekali itu cepat mengelak, bahkan lalu menubruk maju sambil memukul ke arah perut pendeta itu.
- Dia menegur kakek yang terlalu kejam menghukum tiga orang anak buahnya dan karena itu kakek ini marah sekali kepadanya.
- Akan tetapi ketika mendengar bahwa pemuda tinggi besar itu putera guru Keng Han, Cu In menjadi marah dan pergi tanpa pamit.
- “Tapi, kukira tidak semua prajurit kita seperti itu, koko,” bantah Mimi yang juga marah melihat ulah prajurit kerajaan.
- Makin kaget dan marah Goan Ciang, akan makin senanglah hatinya karena hal itu membuktikan bahwa pekerjaannya berhasil baik.
- Sang Dewa kemudian marah dan mengutuk Dewi Uma jadi raksesi bengis Batari Durga, yang dicampakkan ke hutan Setra Gandamayit.
- Nafsu menghendaki kesenangan dan kalau kesenangan itu diganggu maka timbullah marah dan benci yang akibatnya melahirkan duka.
- “Tak tahu diuntung! Lemah dan picik, mabok kesenangan!” Menteri yang usianya sudah setengah abad ini nampak marah sekali.
- Siapa yang keparat masih patut diselidiki! kata Cu In. Biarpun marah sekali, Siu Lan tidak berani sembarangan lagi bergerak.
- Adil pun akan melahirkan kelemah-lembutan yang berada di antara sikap suka marah dengan sifat hina dan menjatuhkan harga diri.
- Disebut tiga orang liar, tiga orang pendatang itu tentu saja marah sekali dan mereka segera menghadapi orang setengah tua itu.
- Karena ayahmu berlaku keji terhadap ibumu, maka aku menjadi marah dan karena engkau puteranya, aku menjadi marah kepadamu.
- "Keparat, karena gara-garamu mengangkat patung dewa Gajah, Syiwa marah dan arca dalam candi lenyap!" teriak mereka makin kalap.
- Para perwira berlarian keluar untuk melaksanakan perintah itu, dan ketika Yauw-Ciangkun datang, diapun menjadi marah bukan main.
- "Kamu generasi muda yang gelisah, Roy." Roy tertawa getir, "Saya memang generasi muda yang gelisah dan marah terhadap lingkungan.
- Pemuda hartawan itu menjadi marah sekali dan dengan langkah lebar menghampiri pemuda yang mengeluarkan kata-kata mengejeknya tadi.
- “Hemm, engkau hendak mempermainkan dan mentertawakan aku?” kata Goan Ciang cemberut, marah karena dia dikatakan seperti badut.
- TETAPI, kata Presiden Megawati, kalau pendapat atau keinginan kita tidak diterima, jangan lantas marah atau cepat merasa terhina .
- Biarpun marah menyaksikan kekejaman dua orang tukang pukul itu dan mendengar pertengkaran tadi, Cu Goan Ciang masih bersikap tenang.
- Melihat lawannya hanya mempergunakan sebatang ranting sebagai senjata, Tay-lek Kwi-ong menjadi marah karena merasa dipandang rendah.
- Akan tetapi tiba-tiba muncul kakak beradik Koa di tempat sunyi itu dan dari sikap mereka, jelas nampak bahwa mereka itu marah sekali.
- Jika diresepkan secara berlebihan atau disalahgunakan oleh perorangan obat ini dapat mengakibatkan kegelisahan, lekas marah dan permusuhan.
- Lalu, apa yang akan kaulakukan dengan datang ke sini? Menghukum aku, gadis penjajah Mongol, penindas rakyat?” Mimi kelihatan marah sekali.
- Begitu mendengar berita bahwa ada seorang pengacau di bandar, Yo Ci marah dan diapun mengajak selosin pengawalnya cepat pergi ke bandar itu.
- Cu In yang marah sekali kepada kakek itu hendak mengejar, akan tetapi Keng Han berkata, Tidak menguntungkan mengejar lawan yang sudah kalah.
- Dan selagi ia membalikkan tubuh hendak marah kepada orang yang berteriak, tiba-tiba saja ular itu menjatuhi dirinya dan membelit tubuhnya.
- Kita hanya boleh marah atau merasa terhina, kata rekan JP, kalau foto kita yang cantik dicorat-coret, diinjak-injak, atau dibakar demonstran.
- Melihat ini, tentu saja Yo Ci khawatir sekali kalau sang perwira akan marah kepadanya dan menyalahkan dia karena dia yang menampung Goan Ciang.
- Ia tidak menyangka sama sekali bahwa dua orang Laki-laki teman si gendut menjadi marah melihat teman mereka diperbuat seperti itu oleh Kwi Hong.
- “Hayo katakan, siapa aku!” kembali Han Li membentak dan kini gadis yang marah itu telah mencabut pedangnya dan menodongkan ke dada orang itu.
- Dia hendak berteriak marah tapi di sebelahnya Kakek Segala Tahu segera berkata, ingat nyanyian Nyanyuk Amber! Jangan tertipu pada apa yang dilihat.
- Dia mengamuk semakin hebat, akan tetapi justeru ini yang dikehendaki Lam Sang. Makin marah dan semakin hebat serangannya, makin lemah pertahanannya.
- Tidak bisa! Kalau subo mengetahui aku melakukan perjalanan dengan seorang pemuda, tentu ia akan marah sekali dan aku harus membunuhmu! Nah, pergilah!
- Melihat sikap kakak misan itu, apa lagi sejak tadi pandang mata Khabuli seperti menggerayangi seluruh tubuhnya, Bouw Siocia sudah menjadi marah sekali.
- Diganggu sedemikian rupa, banyak perwira yang kehilangan sabar dengan marah mengerahkan pasukannya untuk mengejar dan menumpas para penyerang-penyerang.
- Jangan anggap aku keterlaluan melawanmu dengan pedangku! kata Bu Tong penasaran dan marah karena dia menganggap pemuda itu memandang rendah kepadanya.
- Akan tetapi ejekan itu membuatnya marah dan dia ingin cepat-cepat dapat membunuh lawannya! Dia memutar-mutar golok besar yang berat itu di atas kepalanya.
- Tanpa adanya gerakan penumpasan tehadap Hwa I Kaipang, tentu atasannya, Yauw-Ciangkun, akan merasa kecewa dan marah sekali, dan mungkin akan mencurigainya.
- Siapapun dia, aku tidak sudi dipaksa untuk membantu orang memeras dan menindas para pekerja kasar yang miskin itu!” kata Goan Ciang yang sudah marah pula.
- Kwa-kauwsu marah bukan main dan memandang kepada Cu Goan Ciang. “Orang she Cu, kiranya engkau telah menipu kami! Keparat busuk, siapa engkau sebenarnya?”
- Dia menggapai dengan tangan kirinya dan berkata, “Majulah, dan berikan kumismu kepadaku untuk kucabuti!” Ejekan ini membuat si kumis panjang marah sekali.
- “Aku tidak sudi dan harap jangan halangi aku pergi!” kata Han Li dengan marah dan ia lalu membalikkan tubuh lagi untuk meninggalkan kakek pendek gemuk itu.
- “Itulah yang membuat hatiku jengkel! Karena peristiwa di sini, ayah menjadi marah dan dia mengumpulkan kekuatan, mengundang para jagoan yang diusir dari sini.
- “Baik, kau menghendaki tongkatku! Nah, ambillah!” Tiba-tiba dengan marah ia melepaskan tongkatnya, lalu tangan kanannya menotok ke arah tenggorokan Siauw Cu!
- Aku baru dapat memboyongnya untuk hidup bersama di sini kalau aku membawa engkau, kepadanya! Ia amat mencintamu dan sangat menyesal melihat engkau marah kepadanya.
- “Siauw Cu, mulutmu yang lancang perlu dihajar!” teriak Koa Hok yang marah karena merasa malu di depan gurunya bahwa kacungnya berani memberi petunjuk kepadanya.
- Kalau atasanmu mendengar bahwa engkau mencurigai kami, tentu dia akan merasa tidak senang, dan ketua kami akan marah dan penasaran, lalu melapor kepada atasanmu.”
- “Aih, kenapa engkau datang-datang kelihatan marah sekali, suamiku? Apakah yang terjadi di istana maka engkau begini marah-marah?” tanya sang isteri dengan ramah.
- Bahkan aku sendiri tidak mampu mencegah, dan ketika aku memperingatkan ayah, dia malah marah kepadaku, membuat aku jengkel dan aku mencari biang keladinya di sini!”
- Kalau engkau kalah olehku, maka kedudukan Beng-cu harus diserahkan kepadaku!” Mendengar ini, para pembantu Cu Goan Ciang menjadi marah dan mereka sudah bersungut-sungut.
- Hemmm, kenapa engkau memukul dadaku lalu tertawa? tanya Keng Han penasaran, tidak marah karena tamparan tadi tidak mengandung tenaga sakti sehingga seperti main-main saja.
- Setelah peristiwa itu terjadi, ayah dan ibu angkatku menjadi marah dan bukan saja mereka tidak mengakuiku lagi dan mengusirku, bahkan hampir saja aku dikeroyok dan dibunuh.
- Dipermainkan dan diejek seperti itu, nenek itu menjadi semakin marah dan ia mengejar ke mana saja Pek Mau Lokai berlari, dan terus menyerang bertubi-tubi dengan tongkatnya.
- Sejak tadi, begitu melihat Khabuli, Goan Ciang sudah merasa marah sekali, teringata akan kekasihnya yang terpaksa membunuh diri karena telah dinodai oleh raksasa hitam ini.
- Gejala putus zat setelah penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan sakit kepala, sifat lekas marah yang parah, ketidakmampuan berkonsentrasi, gelisah dan gangguan tidur.
- Melihat adiknya dan Shu Ta dikeroyok, Bouw Ku Cin marah sekali dan dia segera memberi aba-aba kepada anak buahnya untuk mengeroyok Tay-lek Kwi-ong dan lima orang pembantunya.
- “Hah....??” Goan Ciang marah sekali dan maju hendak memukul, akan tetapi dengan gerakan kilat, pemuda dusun itu sudah menyerangnya lebih dahulu dengan sebatang tongkat!”
- Tiga orang laki-laki itu berlompatan berdiri dan mereka marah sekali ketika melihat bahwa yang menarik dan melemparkan mereka adalah seorang hwesio yang bertubuh tinggi besar.
- “Bocah sombong! Berani engkau menghina pengawalku yang dua losin itu?” Lurah Koa berseru marah sedangkan Bong Kit mengepal tinjunya yang besar sambil melotot kepada Shu Ta.
- Koa Hok marah bukan main melihat keadaan adiknya yang mukanya berlumuran darah dan agaknya pingsan itu maka diapun memperhebat serangannya memukuli Siauw Cu sampai jatuh bangun.
- Contoh penggunaan lain adalah untuk menutupi jawaban dari sebuah teka teki (puzzle) atau jika kita ingin marah marah (memaki) akan tetapi ingin agar orang lain tidak tersinggung.
- Umar berkata: Demi Allah bahwa itu adalah untuk hari pertama didalamnya Rasulullah Saw marah kepada Abu Hafs, apakah wajah paman Rasulullah Saw akan ditusuk dengan pedang juga? .
- Engkau larilah kalau takut!” katanya marah dan kuli itu yang bermaksud baik karena menyayangkan, kalau sampai Goan Ciang celaka, mundur dan berkumpul lagi dengan teman-temannya.
- "Hai, jangan menyiksa kakang Panca! Kalau dia sampai mati, engkau harus mengganti jiwa!" teriak beberapa penduduk yang marah karena brahmana itu memperlakukan Panca sedemikian rupa.
- Mayat Herman, Mayat Karto dan Darmini menengok marah dan curiga kerah bunyi, sementara karena konsentrasi yang terganggu maka mayat ibu Tommy yang melayang ngambang menjadi terjatuh.
- Kau! Dia yang mencuri Pedang Naga Suci 212! seru Tua Gila tapi tanpa rasa marah dan sambil melirik pada anaknya yaitu Andamsuri yang sebelumnya dikenal sebagai orang bercadar kuning.
- Mendengar suara yang meninggi dari kacung penggembala itu dan melihat dia mengangkat muka dan menegakkan badan, dua orang kakak beradik itu menjadi semakin marah dan merasa ditantang.
- “Kau akan kukirim ke neraka menyusulnya!” bentaknya marah setelah dia menengok dan melihat betapa selosin pengawalnya sudah terdesak hebat oleh para penyerbu yang memakai kedok hitam.
- Mendengar ucapan pimpinannya itu, Hijau Dua melompat mundur sementara Pendekar Pedang Iblis sambil berteriak marah hendak menyerbu Dewi Lembah Bangkai, tapi cepat dicegah oleh kekasihnya.
- Sebagai dua orang tokoh silat istana, walaupun dari tingkat ke tiga, bukan saja dua orang tua itu menjadi sangat malu, namun sekaligus juga menjadi sangat marah karena merasa dipermainkan!
- Pasukan pemerintah dan orang-orang Jang-kiang-pang melakukan pengejaran dengan penasaran dan marah sekali karena banyak kawan mereka yang tewas atau terluka oleh amukan pemuda buronan itu.
- Dia lebih muda dariku, sepatutnya aku sebagai putera sulung yang diangkat menjadi putera mahkota! Tao Seng memaki-maki dengan marah ketika dia bersama Tao San mengadakan pertemuan di kamar rahasia.
- Dajal gendut jahanam! Kau dan temanmu ini bersiaplah untuk mampus! teriak Datuk Lembah Akhirat marah sekali lalu hantamkan tangan kiri kanan membagi serangan ke arah Wiro dan Bujang Gila Tapak Sakti.
- “Suhu, biar teecu (murid) yang menghajarnya!” kata pula Koa Sek marah dan dia sudah melangkah maju menghampiri Siauw Cu, siap untuk memukul dan Siauw Cu juga diam saja, siap pula menerima hukuman.
- “Aku tidak marah dan tidak akan membunuhmu karena pernyataan itu, Keng Han. Akan tetapi bagaimana mungkin engkau mengatakan bahwa engkau suka kepadaku pada hal engkau belum pernah melihat wajahku?”
- Kusir kereta yang duduk di depan atas, melihat seorang pemuda jangkung berpakaian seperti seorang petani menghadang di tengah jalan dan membentak agar kerta dihentikan, tentu saja menjadi marah sekali.
- Ketika si nenek memburu dengan geram karena tiga serangannya luput, Wiro angkat kakinya sebelah kiri dan selusupkan ke selangkangan si nenek) Manusia kurang ajar! teriak Nenek Kelabang Biru marah sekali.
- Kurang ajar! Aku harus mengejar bangsat itu! kertak Imo Gantra marah dan bertindak hendak mengejar meskipun tangannya masih terasa sakit dan panas akibat bentrokan senjata dengan Kapak Naga Geni 212 tadi.
- Tuan Munadi keluar dari kamar dan berlari keruang tengah dimana Tommy dengan setengah menangis dan marah melapor kepada ayahnya, ketika itu Rita dengan gaun tidurnya kaluar dari kamarnya menuju ruang itu.
- Dengan marah sekali, Yauw-Ciangkun memerintahkan membalas serangan dengan barisan panahnya, kemudian memerintahkan pasukan penyerbu untuk menyerang gerombolan yang melakukan pertempuran secara gerilya itu.
- “Pangcu!!!” Goan Ciang meloncat dan mukanya berubah merah, kedua tangannya gemetar karena timbul perasaan marah yang hebat yang membuat dia hampir tak dapat menahan diri untuk tidak menyerang wanita cantik itu.
- Dia akan berterus terang kepada Mimi, tentang segalanya, tentang dirinya! Memang terdapat bahaya besar baginya, bahaya bahwa gadis itu akan marah dan membencinya, akan tetapi dia harus bersikap jujur dalam cintanya.
- Thian It Tosu sudah marah itu menegur, Yo-pangcu, apakah engkau hendak mencampuri urusan Bu-tong-pai?Tidak sama sekali, Totiang. Aku hanya ingin memperingatkan bahwa tidak semestinya Totiang melayani pemuda ini.
- ) atau yang dikenal dengan istilah remujung (Jawa), se-salaseyan, songkot koceng (Madura) kidney tea plants/java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang tegak.
- Bouw Ku Cin yang marah melihat adiknya tadi terancam bahaya, dan melihat bahwa yang menyerang itu adalah Tay-lek Kwi-ong yang amat dibencinya, segera memberi aba-aba kepada para prajuritnya untuk menyerang dengan anak panah.
- Tadinya penjaga itu mengira bahwa panglima itu tentu akan marah dan menyuruh dia mengusir wanita pengganggu itu, akan tetapi dia kecilik ketika melihat pangeran itu dan puteranya bangkit berdiri ketika mendengar pelaporannya.
- “Keparat!” Swat-hai Lo-kwi berteriak marah sambil membalik dan menyerang Tao Seng. Baru diserang sebanyak lima jurus saja pedang di tangan Swat-hai Lokwi telah menembus dada Tao Seng. Tao Seng berteriak dan roboh terguling.
- Tadinya Cu In hendak marah sekali karena ia sudah terbiasa menganggap bahwa kalau ada pria menyatakan suka kepadanya, maka pria itu hanya merayu saja dan pernyataannya itu palsu adanya separti yang sering kali dikatakan gurunya.
- “Tranggg....!” Pedangnya itu tertangkis oleh pedang di tangan Bi-kiam Niocu. Wanita ini marah sekali kepada Gu Lam Sang. Pemuda itu diharapkan untuk menjadi suaminya, akan tetapi ternyata pemuda itu menipu dan membohonginya.
- Tentu orang-orang yang mengejarnya, orang-orangnya Lurah Koa yang tentu marah sekali dan hendak menangkap dan menghukumnya! Ketika terbangun tadi, dia merasa betapa tubuhnya nyeri semua, bahkan untuk bangunpun terasa kaku dan nyeri.
- Juga dia teringat akan janjinya bahwa dia akan mengampuni pemuda itu kalau mampu menahan sepuluh jurus serangannya, maka sambil mendengus marah dia membalikkan tubuhnya dan sekali melompat dia sudah hilang di balik semak belukar.
- Hati-hati terhadap hewan yang sensitif terhadap gangguan frekuensi seperti anjing dan kelelawar, salah-salah nanti ketika Anda sedang jalan sore-sore Anda dicokot kelelawar mabuk sinyal atau digigit anjing yang marah gara-gara sinyal.
- Yo Han yang marah kepada Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai, ketika mendengar bahwa Thian It Tosu dari Bu-tong-pai mengadakan undangan kepada orang-orang gagah, lalu berangkat dan kini dia ditemani isterinya, Si Bangau Merah, dan puterinya.
- Menteri Bayan memang bukan seorang panglima, akan tetapi mendengar betapa puterinya ditawan oleh pemberontak, dia menjadi marah sekali dan ingin menyaksikan sendiri penumpasan sarang gerombolan pemberontak itu oleh pasukan pemerintah.
- Kejar!” Yauw-Ciangkun berseru marah dan pasukannya dikerahkan untuk menyerbu ke dalam perkampungan, merobohkan dan membakar pondok-pondok itu dan terus melakukan pengejaran ke belakang perkampungan yang menuju ke sebuah lereng bukit.
- “Serang dia, bunuh dia!” Perwira Bhong yang sudah marah sekali itu berseru dan dia sendiri yang memandang rendah Goan Ciang sudah menggerakkan pedangnya menyerang, disusul oleh Yo Ci yang juga menyerang dengan menggunakan huncwenya.
- Agaknya, nenek yang sudah marah sekali itu telah mengerahkan seluruh tenaganya, namun gerakan si pengemis tua memang lincah dan ringan sehingga semua serangannya dapat dihindarkan dengan elakan dan kadang juga dengan tangkisan tongkatnya.
- Mendengar ucapan itu, Lurah Koa otomatis menengok dan memandang kepada Bong Kit. Keduanya bertemu pandang dan wajah Bong Kit menjadi semakin buruk, kehitaman karena dia marah sekali mendengar dua orang pemuda itu melamar untuk menjadi pengawal.
- Ucapan Siauw Cu ini bukan untuk melucu melainkan karena dia mendongkol, akan tetapi terdengar lucu sehingga Pek Mau Lokai tertawa bergelak dan para anggota Hwa I Kaipang juga tersenyum dengan hati khawatir karena tentu gadis itu akan marah sekali.
- “Ya udah, kita ngga punya banyak waktu! Maaf, Kuning kami harus segera pergi! Kalau tidak kita semua tidak akan bisa kembali ke khayangan dan ayah akan marah dan ujung-ujungnya kita ngga akan diizinkan lagi turun ke bumi!” kata Bidadari Merah.
- Mendengar sikap dan mendengar ucapan yang nadanya dingin itu, Cu In yang merasa marah sekali kepada wanita yang menjadi ibu dan gurunya itu berkata, “Kalau tidak dibujuk Ayah dan Keng Han, sampai mati pun aku tidak akan mau datang ke sini lagi!”
- Perajurit-perajurit tolol! Mengapa kalian diam saja?! Lekas tangkap pemuda gondrong itu! terdengar Tubagus Kolokaping berteriak marah ketika dilihatnya perajurir-perajurit yang tadi sudah siap untuk meringkus Wirio kini malah tegak seperti terpukau!
- Dia cerdik sekali dan andaikata disebutnya Thian-li-pang itu membuat Pangeran Mahkota marah dan mengerahkan pasukan pengawalnya, dia tentu akan bertindak menawan sang pangeran lebih dulu agar dia dan muridnya dapat keluar dari istana itu dengan aman!
- Kakek itu tertawa dan menudingkan telunjuknya ke arah muka Han Li. “Gadis cerdik, engkau ingin aku mengajarkan ilmu silat kepadamu? Bagaimana kalau kelak Pendekar Tangan Sakti dan Si Bangau Merah mengetahui? Tentu mereka akan menjadi marah kepadaku.”
- Bukankah perutmu sudah lapar? Akan tetapi, sebaiknya kalau aku kubur dulu mayat-mayat mereka Bodoh! Untuk apa mengubur mereka? Biar teman-teman mereka yang mengurus mayat mereka. Mari kita pergi! Bi-kiam Nio-cu mendengus marah dan Keng Han mengikutinya.
- Ada rasa girang dan bangga bahwa dia adalah putera pangeran yang mungkin kini telah menjadi kaisar! Menjadi putera kaisar, hati siapa tidak akan merasa bangga? Akan tetapi di samping perasaan girang dan bangga ini, terdapat perasaan penasaran dan marah sekali.
- Kini, melihat Bi-kiam Nio-cu melakukan perjalanan bersama seorang pemuda tampan, Ang Hwa Nio-nio marah bukan main sehingga ia tidak mampu mengeluarkan suara, hanya sepasang matanya saja yang memandang kepada murid pertamanya itu seperti api yang membakar.
- Ketika dia bangkit pipinya yang ditampar menjadi bengkak, akan tetapi dia terbelalak dan mengeri mengapa atasannya marah kepadanya ketika melihat betapa panglima Khabuli begitu bertemu dengan dua orang muda itu, saling tegur dan memberi dalam dengan ramah dan akrab.
- Ia marah karena melihat hubungan yang akrab antara Keng Han dan Cu In. Biarpun mereka mengaku sebagai bibi guru dan murid keponakan, akan tetapi keduanya masih muda dan wanita bercadar itu nampak cantik jelita dan tubuhnya begitu ramping seperti batang pohon liu.
- Itu merupakan fitnah keji dan sekarang kita kebetulan berkumpul di sini, maka aku tantang para pimpinan Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai untuk menyelesaikan urusan denganku melalui pertandingan!” Yo Han memang marah sekali karena nama Thian-li-pang difitnah oleh mereka.
- Prat-prat!! Dua kali ranting kayu menyambar dan tak dapat dihindarkan lagi muka kepala perampok itu terkena lecutan ujung ranting kayu sehingga nampak dua jalur merah pada kedua pipinya! Rasa nyeri dan pedih membuat dia semakin marah dan mengamuk seperti harimau terluka.
- Omelan Teng-kauwsu ini membuat kakak beradik itu menjadi malu dan diam-diam mereka menjadi marah sekali kepada Siauw Cu. Setelah mereka berdua kembali ke dalam rumah, mereka kasak kusuk membicarakan Siauw Cu dan mengambil keputusan untuk menghajar kacung yang membuat mereka merasa malu itu.
- Kini muncul seorang pemuda dusun berani mati mengancam hendak membunuhnya, maka tentu saja dia marah bukan main dan begitu menyerang, dia telah mengerahkan tenaganya dan dengan bertubi, tangan kananya mencengkeram ke arah kepala sedangkan tangan kirinya menyusul dengan tangan miring menghantam ke arah dada lawan.
- Namun, Goan Ciang ang merasa marah melihat kecurangan lawan yang menggunakan pengeroyokan, sudah mendahuluinya dan sekali tangannya menyambar, tangannya sudah menghantam dada lawan, membuat guru silat itu terbanting dan terjengkang keras, muntah darah dan tidak dapat berdiri lagi, hanya bangkit duduk sambil mengerang kesakitan.
- Cu Goan Ciang mengamuk dan pengeroyokan semakin ketat karena para pengeroyok marah melihat betapa pemuda itu telah merobohkan empat orang kawan mereka. Bhong-Ciangkun mengeluarkan bentakan nyaring dan dia yang memiliki kepandaian paling tinggi di antara para pengawal, menerjang dengan pedangnya, mengerahkan tenaganya untuk memenggal leher Goan Ciang.
- Melihat ini, tukang pukul pertama yang kepalanya botak menjadi marah dan diapun sudah mengayun tinjunya yang besar ke arah kepala Cu Goan Ciang. Cu Goan Ciang mengelak ke samping, secepat kilat dia menangkap pergelangan tangan yang memukul itu, kemudian dengan pengerahan tenaga, dia mendorong tangan yang terkepal itu sehingga memukul kepala si penyerang itu sendiri.
- Melihat tiga orang datuk itu maju, Bi-kiam Nio-cu yang sudah marah sekali melihat Gu Lam Sang menyamar sebagai Thian It Tosu juga melompat ke atas panggung dan berseru, “Main keroyokan bukan watak orang gagah!” Dan ia sudah siap untuk melawan siapa saja yang hendak mengeroyok Keng Han, biarpun ia bertangan kosong karena pedangnya sudah dipinjamkan kepada Keng Han.
- Akan tetapi gadis itu mendengus, membalikkan tubuhnya lalu berlari meninggalkan tempat itu, membuat Siauw Cu berdiri bengong dengan muka merah dan hati menyesal karena ia telah membikin marah cucu Pek Mau Lokai. Akan tetapi, tepuk tangan memujinya dan para anggota Hwa I Kaipang bertepuk tangan memuji, sedangkan Pek Mau Lokai tahu-tahu sudah berada di depannya dan menerima tongkat cucunya itu.
- Setelah kaum musyrikin dan kaum muslimin berhadap – hadapan Abdullah bin bergabung dengan pasukan muslimin sampai Rasulullah Saw tiba sebelum pertempuran dimulai, sebagai seorang muslim ketika itu perang badar adalah peperangan pertamanya bersama kaum muslimin, usianya ketikai tu baru dua puluh tujuh tahun, ayah Abdullah sangat marah setelah mengetahui anaknya bergabung dengan pasukan muslimin.
- Selagi semua orang kebingungan mendengar bahwa gadis berpakaian pria itu adalah anak kakek yang disangka penculik, Mimi sudah berteriak, “Aku bukan anaknya dan dia memang menculik aku! Dia penjahat besar, tolonglah aku!” Setelah berkata demikian, Mimi sudah menerjang dan menyerang dengan pukulan ke arah dada Tay-lek Kwi-ong. Kakek ini menjadi marah sekali dan dia menangkis sambil mengerahkan tenaga sehingga tubuh gadis itu terhuyung.
- Pendeknya, banyak pemuda dan gadis tentu akan terpesona dan tergila-gila melihat mereka berdua! Agaknya sikap mereka yang lembut dan sama sekali tidak membayangkan kecongkakan sikap para bangsawan pada umumnyalah yang membuat Shu Ta sama sekali tidak merasa marah atau benci kepada mereka. Dia tahu bahwa andaikata kedua orang ini bersikap tinggi hati, pasti dia akan membenci mereka karena maklum bahwa mereka ini adalah orang-orang Mongol si penjajah!
- Kemudian iapun mengenakan peralatan perangnya lalu menunggangi kudanya, dan memacu kudanya sebelum teman – temannya berangkat, ketika ia bertemu dengan kelompok muslimin, mereka berkata kepada Umar bin Aqyash: Janganlah engkau berada jauh dari kami wahai umar, ia menjawab: sungguh aku telah merasa aman, kemudian ia mulai bertempur hingga terluka, kemudian iapun diantarkan kepada keluarganya dalam keadaan terluka, kemudian Sa’ad bin Mu’adz mendatanginya, lalu ia berkata kepada saudara perempuanya: tanyakanlah kepadanya: apakah ia marah karena mereka? Atau marah karena Allah Swt? Umarpun menjawab: Marah karena Allah dan Rasulnya.
- Jantung Shu Ta berdebar keras penuh ketegangan ketika dia kembali ke Nan-king bersama empat orang pembantunya menghadap Yauw-Ciangkun dan di situ hadir pula Menteri Bayan! Ternyata baru kemarin Menteri Bayan dan dua ratus orang prajuritnya tiba di Nan-king dan di marah bukan main mendengar dari puteranya, Bouw Ku Cin bahwa puterinya, Mimi diculik oleh seorang tokoh sesat bernama Tay-lek Kwi-ong! Dia memerintahkan untuk segera menyebar penyelidik mencari puterinya yang terculik, akan tetapi Yauw-Ciangkun segera memberitahukan bahwa pembantunya yang paling dapat diandalkan, yaitu Panglima Muda Shu Ta, sedang melakukan penyelidikan sendiri.
- Cu Goan Ciang dan Shu Ta lalu keluar dari gedung itu, terus berjalan cepat keluar dari dalam dusun Cang-cin. Bong Kit mengumpulkan semua anak buahnya yang dua losing banyaknya dan menceritakan bahwa ada dua orang pemuda gila yang melamar menjadi pengawal dan kini menyombongkan diri untuk diuji, yaitu mereka mencoba untuk menculik dua orang putera lurah dan akan menghadapi mereka semua sebagai lawan! Mendengar ini, dua losing pengawal itu tertawa geli, akan tetapi juga marah karena mereka menganggap dua orang pemuda itu sombong dan memandang rendah mereka. “Kalau kita mengeroyok mereka, kita hajar mereka habis-habisan, bahkan kalau mereka mampuspun, Lurah Koa tidak akan marah kepada kita,” kata Bong Kit kepada mereka.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.