Monday 7 September 2015

Kali ini kita akan membahas tentang Pembangunan Konteks dan Pemodelan Teks Pantun. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Pembangunan Konteks dan Pemodelan Teks Pantun


Rasa Sayange

Ayam hitam telurnya putih,
mencari makan di pinggir kali.
Orang hitam giginya putih,
kalau tertawa manis sekali.
Rasa sayange rasa sayang sayange,
eeee lihat Ambon dari jauh rasa sayang sayange.
Rasa sayange rasa sayang sayange,
eeee lihat Ambon dari jauh rasa sayang sayange.
Pulau Pandan jauh di tengah,
di balik pulau si angsa dua.
Hancur badan di kandung tanah,
budi baik dikenang jua.
Kalau ada sumur di ladang,
boleh kita menumpang mandi.
Kalau ada umur yang panjang,
boleh kita berjumpa lagi.

Lagu “Rasa Sayange” merupakan lagu daerah yang berasal dari Maluku, Indonesia. Untuk mengungkapkan rasa sayang terhadap lingkungan, rakyat Maluku selalu menyanyikan lagu ini. Dalam pergaulan sehari-hari pun mereka kerap menyanyikannya. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun.

Jika kalian perhatikan, beberapa bait pantun mengikuti kalimat Rasa sayange rasa sayang sayange, eeee lihat Ambon dari jauh rasa sayang sayange. Pantun tersebut diciptakan sendiri oleh pelantun lagu sesuai dengan maksud dan tujuan lagu itu dinyanyikan. Pada bagian akhir, lagu selalu ditutup dengan syair Kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi. Kalau ada umur yang panjang, boleh kita berjumpa lagi.

Pantun merupakan salah satu jenis sastra lisan yang berbentuk puisi. Pantun dikenal di berbagai daerah di Indonesia dengan nama yang berbeda-beda. Dalam bahasa Minang, pantun berasal dari kata patuntun ‘petuntun’. Dalam bahasa Jawa, pantun dikenal dengan nama parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal dengan paparikan. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik

Pada masyarakat Batak, pantun dikenal dengan sebutan umpama atau ende-ende, dan masyarakat Toraja menyebutnya dengan londe. Orang Aceh dan Ambon juga mengenal pantun dan menyebutnya dengan panton, sedangkan orang Bengkulu menyebutnya dengan rejong. Hampir setiap daerah di Indonesia mempunyai bentuk teks pantun walaupun dengan nama yang berbeda. Penyebaran pantun sampai ke pelosok Nusantara menjadi bukti bahwa pantun merupakan salah satu sastra lama yang hidup dalam kebudayaan Indonesia, masih disukai sebagian masyarakat Indonesia, serta merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang perlu kita lestarikan.

Ternyata, selain di Indonesia, di luar negeri pun terdapat teks pantun. Di Eropa, seperti Spanyol, teks yang sejenis dengan pantun disebut dengan copla, di Bayern (Jerman) disebut dengan schnadahufle, di Itali dengan nama ritornello, dan di Latvia disebut dengan daina. Selain itu, Tiongkok, Indo Cina, dan Tibet juga mengenal pantun.

Lahirnya pantun Melayu diawali dengan kebiasaan masyarakat Melayu yang senang menggunakan kiasan untuk menyampaikan maksud. Pantun merupakan salah satu bentuk kiasan yang sering digunakan dalam setiap acara, baik acara kelahiran, pertemuan, pernikahan maupun acara adat. Dengan demikian, pantun merupakan alat komuniasi yang sangat penting dalam masyarakat Melayu, sehingga dahulu pantun dapat dijadikan alat untuk mengukur kepandaian seseorang. Orang yang cakap dalam berpantun dianggap orang yang pandai.

Dalam masyarakat Melayu Indragiri Hulu, Riau, salah satu prosesi adat pernikahan adalah membacakan Surat Kapal, yang dikenal juga dengan Syair Cenderawasih atau Cerita Kapal. Syair Cenderawasih itu merupakan pantun yang khusus dibacakan ketika keturunan bangsawan menikah, baik sesama keturunan bangsawan (raja) maupun salah satu di antaranya. Sementara itu, Surat Kapal atau Cerita Kapal khusus dibacakan dan dilantunkan untuk orang kebanyakan (masyarakat umum).

Surat Kapal menceritakan siapa calon pengantin, tempat pertemuan keduanya, aktivitas mereka, serta latar belakang keluarga dan keturunan mereka. Melalui teks pantun yang dilantunkan dalam Surat Kapal itu, kedua calon pengantin diminta belajar banyak filosofis perjalanan kapal. Mereka harus memahami bagaimana melawan ombak perkawinan, riak kecil perjalanan rumah tangga, dan sebagainya.
Pembangunan Konteks dan Pemodelan Teks Pantun

Gambar di atas merupakan salah satu bentuk tradisi berpantun yang dilakukan pada sebuah prosesi perkawinan. Berikut adalah beberapa contoh teks pantun yang digunakan sebagai pembuka pada prosesi tersebut.

Dengan bismillah saya mulakan,
Assalamu’alaikum saya ucapkan.
Tiada lain untuk tujuan,
surat kapal saya bacakan.
Rumpun bambu di tepi perigi,
tumbuh rebung menjadi buluh.
Ampun hamba tegak berdiri,
wujudnya hamba tegak bersimpuh.

Sebagai sebuah media komunikasi, teks pantun berperan sebagai alat pemelihara bahasa. Selain itu, pantun juga diyakini sebagai penjaga alur berpikir manusia. Di samping melatih seseorang berpikir secara logis tentang makna kata, pantun juga melatih seseorang untuk berpikir secara asosiatif tentang kaitan kata yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, pantun mencerminkan kepiawaian seseorang dalam berpikir dan bermain-main dengan kata.

Untuk melihat peranan pantun dalam masyarakat Melayu, kalian bisa memahami beberapa pantun berikut.

Apa guna orang bertenun,
untuk membuat pakaian adat.
Apa guna orang berpantun,
untuk memberi petuah amanat.
Apa guna orang bertenun,
untuk membuat kain dan baju.
Untuk apa orang berpantun,
untuk menimba berbagai ilmu.
Apa guna orang bertenun,
untuk membuat kain selendang.
Apa guna orang berpantun,
untuk memberi hukum dan undang.
Kalau hendak berlabuh pukat,
carilah pancang kayu berdaun.
Kalau kurang mengetahui adat,
carilah orang tahu berpantun.

Bagi orang Melayu karena dianggap memiliki peranan penting dalam menyebarluaskan nilai asas kemelayuan, pantun dijadikan media tunjuk ajar. Tunjuk ajar yang diwujudkan ke dalam beragam jenis pantun itu sering ditampilkan dalam berbagai kegiatan, baik dalam upacara adat dan tradisi maupun dalam kegiatan sehari- hari. Di samping itu, pantun juga dimanfaatkan sebagai media hiburan, penyampai aspirasi, serta pengekal tali persaudaraan. Oleh karena itu, agar tidak mendapat malu dalam pergaulan, pada umumnya orang Melayu selalu berupaya agar pandai berpantun.

  1. Apakah kalian masih menemukan pantun di lingkungan tempat tinggal kalian? 
  2. Dalam prosesi apa saja dapat kalian temukan pantun? 
  3. Tahukah kalian apa peranan pantun tersebut dalam kehidupan?

  4. Apakah semua golongan (tua atau muda) menggunakan pantun sebagai media berkomunikasi? 
  5. Teks pantun seperti apa yang pernah kalian dengar? Coba bacakan pantun tersebut di depan teman kalian. 

Sumber : Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, Maryanto dkk




No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.