Bagaimana membuat kalimat dengan menggunakan kata "tukang" dalam bahasa Indonesia? Dengan melihat dan mempelajari contoh-contoh kalimat dari kata "tukang", kita akan terbantu untuk memahami arti dan pengertian dari kata tersebut. Perlu juga kalian pahami bahwa arti dan makna kata tersebut bisa berbeda untuk kalimat-kalimat yang tidak sama.
Untuk lebih jelasnya, contoh kalimat yang menggunakan kata "tukang" dapat dilihat pada beberapa kalimat yang dikumpulkan dari berbagai sumber di internet seperti berikut ini.
Contoh-contoh Kalimat yang Menggunakan Kata "tukang"
- Dimana tukang daging terdekat?
- Apakah ada tukang cukur di hotel?
- Dimana toko tukang cukur terdekat?
- Girang rasanya saat ada tukang kayu lewat.
- Tubuh Darmini tukang Tenung bergetar hebat.
- tanya sama tukang ramal kartu hasilnya sama.
- Sekarang, semua tukang pukul sudah kita usir.
- Sebetulnya apa yang hendak dijual tukang obat ini.
- Dua orang tukang pukul itu tentu saja tidak takut.
- Dia melihat tukang ngamen yang tidak ada habisnya.
- Semua karena ia hobi dan suka menjadi tukang perahu.
- Dua orang tukang pukul itu menjadi marah bukan main.
- Dia duduk di tukang bubur kacang ijo dan ketan hitam.
- Roy menyuruh tukang bubur mengisi mangkok mereka lagi.
- Kelihatannya tukang bubur sudah terbiasa dengan mereka.
- "Ceritanya manggil tukang pukul, Ton!" makinya sombong.
- Demikian pula tukang perahu yang masih memegang kemudi.
- Dua orang tukang pukul yang tinggi besar itu melangkah maju.
- "Apa persamaan tukang sayur dan tukang becak?" tanyanya lagi.
- Pengusaha kelompok mikro (pedagang kecil / tukang sayur / K5)
- "Ya, ya, si geulis itu Rani!" si tukang rokok rada heran juga.
- "Saya panggil becak, ya," Roy langsung memanggil tukang becak.
- Si tukang masak udang goreng saus tomat itu yang membuat ribut.
- "Anggota Kadin juga banyak yang tukang suap," kilah Menneg BUMN.
- Menanti tukang obat ini mengubah gulungan koran jadi seekor ular.
- Mereka telah menguasai Lurah Koa, mengusir semua tukang pukulnya.
- Si buntut tikus menyebutkan nama sebuah jalan kepada tukang becak.
- Di samping karena ia memang sebenarnya suka menjadi tukang perahu.
- Melihat ini, ia pun yakin saat total memilih menjadi tukang perahu.
- Hal ini,menurut tukang perahu, membuat pekerjaan mereka tidak lancar.
- Si kacamata berkulit kuning, cantik, dan lincah, memanggil tukang becak.
- Tidak ada tukang pukul yang dibunuh, dan rumah ayahnyapun tidak dijamah.
- Roy menyuruh si tukang becak membawa wanita ini ke penginapan yang layak.
- Mahfud memutuskan sepenuhnya menjadi tukang perahu sejak berusia 12 tahun.
- "Makanya, Pak Rasdullah, tukang becak, mencalonkan diri jadi Gubernur DKI!"
- Mereka bukan musuh kita, ayah. Yang mereka musuhi adalah para tukang pukul.
- Lincoln lahir di Kentucky, AS, di mana ayahnya bekerja sebagai tukang kayu.
- Bahkan, sampai menikah dan punya 5 orang anak, ia tetap seorang tukang perahu.
- Para tukang pukul atau jagoan pengawal lurah itu menyambut dengan pengeroyokan.
- Misalnya pemulung, pencuci pakaian, tukang sepatu, jagal, serta pembakar inayat.
- Pada akhirnya si kotak-kotak seperti tukang obat, berkoar tidak ada juntrungannya.
- Aku tadi mencari tukang perahu untuk menyewa perahunya menyeberangi sungai ini.â€
- Cu Goan Ciang dan Shu Ta menoleh, demikian pula kakek itu dan dua orang tukang pukul.
- Membuat merek/gambar di tirai kedai tukang bubur kacang hijau adalah pekerjaan awalnya.
- Atau mereka selalu menjadikan Joe sebagai tukang pos, kalau ada cewek yang mereka taksir.
- Dia mengerti kini, bahwa si gadis selain seorang pelajar juga serang tukang foto keliling.
- Kalau Lurah Koa ditinggalkan semua tukang pukulnya, maka dialah yang berkuasa di dusun itu!
- Yang dia usir hanyalah para tukang pukul ayah karena merekalah yang mengganas di dusun ini.
- Rumah bilik yang mengandalkan kerja si ayah sebagai tukang dan si ibu sebagai penjual sayur.
- Dia tidak ingin melihat mereka dihajar oleh dua orang tukang pukul yang dia tahu amat kejam.
- Tommy mendengar kata tukang ramal menjadi antusias, dengan wajah kakunya itu dia dekati jon.
- Seperti tukang nujum, tapi dandanannya sederhana dan kelihatan lebih alami dan manis, dia senyum.
- Dan menurut cerita tukang perahu, pulau yang baru lahir itu adalah yang dahulu disebut PuÂlau Es.
- Tak jauh berbeda dengan tingkah polah tukang obat yang banyak bertebaran di kota-kota besar Indonesia.
- Meskipun saya tidak menyeberang, toh kawanku si tukang becak itu tetap saja berteriak “He, asu!!!!â€
- Siapa pemilik dan si tukang minumnya tak meleset pastilah sahabat kentalku bernama Suro Lesmono bergelar
- Tommy keluar dari pintu rumah tukang nujum, dia menoleh ke seberang jalan kearah barisan kereta mati itu.
- "Denger-denger sih, usaha kakeknya si... aduh, siapa tuh nama si geulis itu...," si tukang rokok berpikir .
- Kami menelusuri rumah diantara hutan bambu karena saya tahu dulu di situ ada tukang perahu untuk menyeberang.
- "Nanti Kakak yang bayar," kata Roy. Lalu Roy menyuruh tukang bubur untuk mengembalikan uang ketiga bocah tadi.
- Meski kini penumpang telah jauh berkurang, ia tetap menjadi tukang perahu karena pekerjaan ini adalah hobinya.
- Pak Domo yang tukang tambal ban itu kehilangan korek api yang bisa berbunyi ceklik-ceklik, hingga marah besar.
- (4) Tanggung jawab guru sekolah dan kepala tukang terhadap murid dan tukangnya (pasal 1367 ayat 4 KUH Perdata).
- Selama 53 tahun menjadi tukang perahu, tak pernah sekalipun ada penumpangnya mengalami kecelakaan yang berarti.
- Laki-laki tua ini adalah Mahfud (65) yang selama 53 tahun melakoni profesi menjadi tukang perahu di Kali Bekasi.
- Bermula demi rejeki dan hobi, Mahfud yang tak lagi muda ini tetap setia melakoni pekerjaan menjadi tukang perahu.
- Akan tetapi tukang perahu terbelalak memandang pulau utu, mulutÂnya kemak kemik tanpa suara seperti orang berdoa.
- Ada yang bilang mereka bisa dijadikan makelar politik, atau preman tukang palak ransus (setoran khusus),†kata MH.
- Tak pernah terpikirkan olehnya akan kemungkinan para tukang pukulnya itu membalik dan mengganggu dia dan keluarganya.
- “Ibumu boleh mampus, apa sangkut pautnya denganku?†Si gendut itu memberi isarat kepada dua orang tukang pukulnya.
- Si pembawa parang menyeringai dan seperti mengancamkan parangnnya kearah Tommy, dia... seperti si tukang tenung/ramal.
- “Tidak, ayah. Buktinya setelah semua tukang pukul dienyahkan, tidak ada seorangpun dari mereka mengganggu rumah ini.
- Tadinya, ia tertarik melihat dua orang pemuda yang mampu menghajar dua orang tukang pukul ayahnya, dan ingin berkenalan.
- Akan tetapi dia tidak mempedulikannya lagi, melainkan cepat menyuruh tukang perahu mengembangkan layar kembali ke pantai.
- Nenek-nenk itu melihat kearah kejadian, dia tersenyum setan, dan wajahnya adalah seperti tukang ramal, tapi tua dan keriput.
- Para pedagang dan tukang perahu masih dapat berusaha menutup biaya pemerasan itu dengan menaikkan tarip sewa dan harga barang.
- “Aku hanya menghampiri dia dan bertanya di mana aku bisa mendapatkan tukang perahu untuk menyeberangkan aku ke seberang sana.
- Suara diseberang telepon itu serak, mirip suara tukang nujum, sebelim Rita sempat menjawab, tiba-tiba hubungan telepon terputus.
- Biarpun marah menyaksikan kekejaman dua orang tukang pukul itu dan mendengar pertengkaran tadi, Cu Goan Ciang masih bersikap tenang.
- “Bocah setan, siapa kau berani mencampuri urusan kami? Apakah engkau minta dihajar pula?†bentak tukang pukul yang kumisnya panjang.
- Sekarang, aku ingin menyewa sebuah perahu dengan tukang perahu yang dapat mengantar aku ke Pulau Es yang muncul belasan tahun yang lalu.
- Long shot rumah itu berdiri megah, Karto yang tukang kebun merangkap jaga malam sedang menyapu rumput halaman dengan sedikit bersenandung.
- Lalu tukang rokok itu bercerita tentang tragedi yang menimpa penghuni rumah mewah ini, sehingga anak gadisnya yang cantik jadi yatim-piatu.
- Muka tukang nujum yang pucat, matanya menatap tidak kalah tajam dengan pengendara kereta jenazah, kemuudian senyum menyeringai seperti setan.
- (Padahal, kalau itu terjadi, Joko Parepare boleh berharap dibagi komisinya. Tetapi, awas, jangan melalui tukang pijat apa pun, ya Pak Rizal!).
- Alam Sakti! Jangan dengarkan ocehannya! Kita tidak bisa dilecehkan begitu saja! Serahkan tukang pengumpul mayat ini padaku! , teriak Kaki Kayu.
- Juga untuk Acim, 30 tahun, tukang becak di Tanjung Priok, yang tewas setelah dipukuli dan "melompat" dari truk dinas tramtib yang menggaruknya.
- Tak enak juga rasa hati Goan Ciang menghadapi majikan yang begini lembut dan sama sekali berbeda dengan sikap mandor gendut dan tukang pukulnya.
- Juga memandang muka gadis itu, merekapun tidak ingin mencelakai orang tua gadis itu, dan semua kebencian mereka tumpahkan kepada para tukang pukul.
- “Baiklah, Gu Lam Sang. Aku melihat betapa hebat kepandaianmu ketika menghadapi empat pemuda di rumah makan dan ketika tadi dikeroyok banyak tukang pukul.
- Ketika Kui Hwa menghadap ayahnya, dia melihat ayahnya sedang mengadakan pertemuan dengan Ban Su Ti, kepala para tukang pukul ayahnya dan lima orang anak buahnya.
- Yo Ci inilah yang mengadakan aturan pajak, dan dia pula yang menentukan segalanya, dan para pelaksananya adalah mandor-mandor yang dikawal dua orang tukang pukul.
- Mungkinkah rasanya sama dengan seorang teman yang tidak bisa membedakan kambing dengan anjing? Soal yang ini, seorang kawan saya tukang becak mengayuh becaknya untukku.
- Mereka sudah cukup jauh meninggalÂkan pantai dan selagi Tao Seng hendak memerintahkan tukang perahu untuk kembali ke daratan, tiba-tiba air bergelomÂbang dengan hebatnya.
- Bagaimana mungkin dua orang pemuda itu akan mampu melawan para tukang pukul yang sedemikian banyaknya? Mereka sudah mengenal benar keganasan dan kekejaman para tukang pukul itu.
- Sekarangpun, kami hendak menyerbu ke sana bukan untuk memusuhi ayahmu, melainkan untuk menghajar para tukang pukul ayahmu dan bekas tukang pukul ayah kami yang bergabung ke sana.
- Akan tetapi ternyata dua orang tukang pukul itu tidak mampu menandligi tiga orang itu sehingga mereka dipukul jatuh bangun dan melarikan diri, ditertawakan tiga orang pendatang itu.
- Sebuah panning shot dimana dialog antara Tommy dan tukang ramal yang wanita separuh baya dengan make up medok dan dibirnya terselip rokok keretek, suaranya serak seperti burung gagak.
- Dia tadi sudah mendengar betapa puterinya ini membantu pihak musuh, ikut menyerbu dan menghajar para tukang pukul sampai mereka semua kocar-kacir dan melarikan diri meninggalkan dusun.
- Atau anak kecil tukang jual koran yang sudah dilarang di perempatan jalan Jakarta, yang mesti kejar-kejaran dengan Polantas, karena selalu dianggap biang kerok semrawutnya lalu lintas.
- Tak mereka sangka bahwa kuli baru yang bertenaga besar itu demikian beraninya, juga demikian perkasanya, sehingga segebrakan saja dapat menghajar dua tukang pukul yang lihai dan kejam itu.
- Cu Goan Ciang memandang kepada lima puluh orang lebih tukang pukul yang kini berlutut semua, ada yang mengerang kesakitan, ada pula yang rebah pingsan karena pemukulan kayu yang terlalu keras.
- Ia tahu bahwa ayahnya, sebagai hartawan di situ yang mempunyai banyak sekali sawah ladang, juga mempunyai sedikitnya dua puluh orang tukang pukul yang biasa bertindak kejam terhadap para petani.
- Kini, mendengar betapa gadis itu berpihak kepada mereka untuk mengusir semua tukang pukul dari tempat tinggal ayahnya sendiri, tentu saja mereka semua merasa gembira bukan main dan berbesar hati.
- Setelah semua tukang pukul berikut keluarga mereka pergi meninggalkan dusun Cang-cin, Cu Goan Ciang dan sutenya mengajak Lurah Koa dan kedua orang puteranya masuk dan bercakap-cakap di ruangan dalam.
- Walaupun perneran utama tukang obat dan peniup sulingnya berbeda, tapi ular kobra, segulung koran yang akan berubah jadi ular, dan korek api yang nanti disulap jadi sekuat baja tetap bagian dari perrnainan.
- “Saudara sekalian,†teriaknya, “mari kita berangkat ke rumah hartawan Ji. Akan tetapi sekali lagi ingat, kita tidak bermaksud membunuh, hanya mengusir para tukang pukul dari dusun ini untuk selamanya.
- Tidak ada badai, angin pun biasa saja, bagaimana mendadak timbul gelombang demikian hebatnya? Untuk menjaga agar perahu tidak terbalik, tukang perahu menggulung layar dan mengemudikan perahu sedapat mungkin.
- “Bukan itu, paman Yo. Syaratnya adalah agar tidak dikenakan pajak kepada para pekerja kasar itu, dan para mandor tidak perlu membawa tukang pukul, tidak perlu dilakukan kekerasan terhadap para pekerja kasar.
- Mempergunakan gerombolan tukang pukul untuk memeras dan menindas para pekerja miskin adalah sikap seorang penjahat keji yang curang!†kata Goan Ciang dan pandang matanya dengan tajam mengamati wajah pria itu.
- Tapi naik gunung memang alternatif bagus ketimbang mengelus dada terus melihat tukang asongan ketakutan seperti diawasi hantu, anak-anak kecil ngemis setengah memaksa, dan pengamen-pengamen bis kota merajalela.
- Lantaran semua itu maka dia kemudian mengikuti kursus melukis, lantas menjadi asisten pelukis Lee Man Fong. Diawali hanya menjadi tukang cuci kuas sambil mempelajari teknis melukis pada pelukis terkenal tersebut.
- Asap dupa sebagai foreground dari Darmini yang melakukan gerak-gerak trance, speerti seorang tukang sihir menghipnotis sesuatu, sementara tengkorak manusia yang berada didepannya ikut bergetar, wajahnya keringatan.
- Baru setelah perahu meluncur dengan lajunya ke pantai dan laut tidak berÂgelombang lagi, Pangeran Tao Seng berÂtanya lebih lanjut tentang pulau itu keÂpada tukang perahu, didengarkan pula oleh Silani dan Kalucin.
- Dalam pengamatannya, dia mendapat kenyataan bahwa semua pekerja itu bekerja dengan tertib dan rajin, dan memang tidak pernah terjadi keributan di situ karena semua pekerja takut kepada para pengawal atau tukang pukul.
- Ketika dua orang tukang pukul yang galak itu melihat siapa yang menegur mereka, sungguh aneh sekali, mereka kelihatan ketakutan dan sikap yang galak itu terbang entah ke mana, berubah menjadi sikap menunduk dan menjilat.
- Ban Su Ti adalah seorang laki-laki berusia empat puluh tahun lebih yang bertubuh pendek dan berperut gendut, nampak kokoh kuat, dan dialah orang kepercayaan hartawan Ji yang mengepalai kurang lebih dua puluh orang tukang pukul.
- Sepasang mata yang indah itu kini menyapu wajah Cu Goan Ciang dan Shu Ta. Melihat Cu Goan Ciang yang berada di depan menghadapi dua orang tukang pukul, gadis itu bertanya, “Sobat, apakah kalian hendak membela kakek Coa ini?â€
- Dua orang tukang pukul itu hendak menghujankan pukulan lagi, akan tetapi tiba-tiba berkelebat bayangan orang dan sekali orang itu menggerakkan tangan mendorong, dua orang tukang pukul terpental dan terjengkang seperti dilanda badai.
- Ah, kalian ini jagoan-jagoan tukang pukul Juragan Lui agaknya! Hendak kami lihat sampai di mana kelihaian kalian maka berani membuka mulut besar keÂpada kami! Tiga orang itu lalu maju menyerang dua orang tukang pukul itu dan terjadilah perkelahian.
- Melihat wajah mereka yang nampak tegang, Kui Hwa menduga bahwa mereka tentu sedang membicarakan peristiwa yang terjadi pada Lurah Koa itu, dan mungkin juga karena laporan dua orang tukangpukul ayahnya yang tadi dihajar oleh dua orang pemuda asing itu.
- Para mandor dan tukang pukul rombongan lain tidak berani mencampuri ketika mereka melihat kelihaian pemuda itu, akan tetapi diam-diam mereka melapor kepada majikan mereka. Kuli yang bekerja di bandar itu berjumlah ratusan orang, terbagi dalam kelompok-kelompok.
- Dua orang tukang pukul itu melihat ini, lalu terkulai dan pura-pura pingsan! Goan Ciang dengan tenang lalu duduk di bangku tadi, membuka kantung uang, memeriksa daftar dan menghitung uang memenuhi gaji dua puluh orang itu termasuk si pemuda kurus dan dia sendiri.
- Kasta majemuk itu tersusun rapi mulai dari para petinggi PN Timah yang disebut “orang staf†atau urang setap dalam dialek lokal sampai pada para tukang pikul pipa istalasi penambangan serta warga suku Sawang yang menjadi buruh-buruh yuka penjahit karung timah.
- Dikatakannya bahwa laki-laki itu semua palsu dan bohong, tukang bujuk rayu yang berbahaya, maka kami diharuskan menjauhkan diri dari laki-laki dan kalau ada laki-laki yang menggoda, harus dibunuh! Akan tetapi semenjak aku.... bertemu denganmu, pandanganku sudah berubah.
- Dia bangkit berdiri, “Cu Goan Ciang, engkau boleh saja menghina dan memaksaku, akan tetapi tunggu sampai Yo-loya datang! Engkau akan dicincang, dan dagingmu menjadi makanan ikan sungai! Hayo, bunuh saja dia dengan golok kalian!†teriaknya kepada dua orang tukang pukul.
- Dalam keseriusannya memperhatikan setiap kalimat yang terucap dari sang pembicara muda itu, mendadak terngiang ditelinganya suara anaknya menangis karena kehabisan susu, serta sesekali terdengar ocehan Ceu Cucu seorang tukang warung yang telah banyak menyambung hidupnya sehari-hari.
- Lurah Koa menyewa tukang pukul, dan hal ini dia lakukan karena pertama, hartawan Ji memiliki juga tukang-tukang pukul yang banyak dan kuat di samping puterinya yang lihai dan banyak membikin pusing karena gadis itu terkenal suka menentang tindakan para tukang pukulnya terhadap warga dusun.
- Mendengar betapa dua orang pemuda yang ia jumpai di kuburan itu kini menjadi pengawal Lurah Koa dan mengalahkan dua puluh lima orang tukang pukul sang lurah, bahkan kemudian memecat dan mengusir semua tukang pukul bersama keluarga mereka meninggalkan dusun, diam-diam Ji Kui Hwa merasa kagum.
- Cu Goan Ciang memandang tajam kepada kakak beradik itu, dan sementara itu, di situ sudah berkumpul banyak sekali penduduk dusun yang ketakutan mendengar berita bahwa semua tukang pukul Lurah Koa kini telah dipanggil oleh hartawan Ji. Kemudian Cu Goan Ciang berkata dengan suara lantang dan pandang mata tajam.
- Sebaliknya, para tukang pukul itu sudah jerih ketika melihat Cu Goan Ciang, Shu Ta, Koa Hok, Koa Sek, dan Kui Hwa. Ditambah lagi jumlah besar dari semua penduduk yang melakukan perlawanan, mereka menjadi semakin panik dan kocar-kacir, dihajar oleh para penduduk dengan pukulan-pukulan kayu sampai mereka berteriak-teriak minta ampun.
- Melihat ini, tukang pukul pertama yang kepalanya botak menjadi marah dan diapun sudah mengayun tinjunya yang besar ke arah kepala Cu Goan Ciang. Cu Goan Ciang mengelak ke samping, secepat kilat dia menangkap pergelangan tangan yang memukul itu, kemudian dengan pengerahan tenaga, dia mendorong tangan yang terkepal itu sehingga memukul kepala si penyerang itu sendiri.
- Terpaksa tukang perahu menaikkan tarip sewa perahum dan para pedagang menaikkan harga dagangan mereka. Inipun secara sembunyi, karena kalau ketahuan nak buah Yo-loya, maka pajakpun akan dinaikkan sesuai dengan kenaikan sewa perahu atau harga barang dagangan! Cu Goan Ciang melihat betapa para pedagang, tukang perahu, sampai pekerja kasar semua sudah dicengkeram oleh penguasa melalui anak buah Yo-loya, dan diperas habis-habisan!
- Kalian boleh pergi sekarang juga, cepat tinggalkan dusun ini dan siapa di antara kalian yang berani memperlihatkan diri, tentu kaliaan akan dikeroyok semua penduduk dan dibunuh dengan tubuh hancur lebur! Nah, pergi kalian dan bawa teman-teman kalian yang pingsan dan terluka!†Berbondong-bondong, para tukang pukul itu meninggalkan dusun, membawa keluarga mereka dan juga menggotong teman-teman yang terluka dan tidak mampu berjalan.
- Soalnya, sesudah polisi bilang bahan bom Legian adalah C4, belakangan ditambahkan unsur RDX dan TNT -sedangkan beberapa analis menyebutnya mikronuklir (special demolition atomic munition), mengingat dahsyatnya ledakan yang menimbulkan cendawan panas- kemudian polisi menambahkan lagi bumbu baru: karbit (yang biasa digunakan tukang las dan abang penjual balon untuk menerbangkan balonnya), dan bahan deterjen (yang digunakan pabrik sabun untuk mendapatkan banyak busa).
- Dia mengÂelak dan sekali tongkatnya bergerak, ujung tongkatnya telah menotok pergelangan tangan yang memegang huncwe sehingga pipa tembakau itu terlepas dari pegangan tangan Juragan Lui. Paratukang pukulÂnya yang ketika itu sudah berkumpul di situ dan ada belasan orang banyaknya sudah siap membantu juragan mereka, akan tetapi Keng Han menodongkan ujung rantingnya ke leher Juragan Lui dan membentak, Mundur kalian semua! Atau, aku akan membunuh juragan kalian ini lebih dulu, baru membunuh kalian!
- Kalau untuk memilih seorang Beng-cu dipilih orang yang paling kuat dan lihai ilmu silatnya saja, lalu apa bedanya seorang Beng-cu dengan seorang kepala gerombolan penjahat? Kita orang-orang kang-ouw bukanlah sekumpulan penjahat atau tukang pukul yang membutuhkan seorang pemimpin yang hanya pandai ilmu silat saja! Untuk dapat memimpin dunia kang-ouw, memimpin rakyat, dibutuhkan orang yang selain pandai ilmu silat, juga bijaksana, baik budi, adil dan tidak mementingkan diri sendiri, orang yang benar-benar memiliki bakat kepemimpinan.
- Para penghuni dusun itu hanya terbelalak dan terheran-heran melihat dua puluh kima orang, dipimpin oleh Bong Kit, berbondong-bondong meninggalkan dusun Cang-cin sambil membawa buntalan besar di punggung mereka dan di belakang mereka berjalan pula isteri dan anak-anak mereka. Tidak kurang dari seratus orang, yaitu dua puluh lima orang tukang pukul berikut keluarga mereka, meninggalkan dusun itu! Tentu saja di dasar hati mereka merasa girang seperti melihat sekumpulan iblis meninggalkan dusun itu, akan tetapi juga terdapat perasaan khawatir seperti yang dirasakan Lurah Koa kalau-kalau gerombolan tukang pukul itu akan membalas dendam.
- Betapa kagetnya hati para pimpinan gerombolan tukang pukul itu ketika dari depan, datang bagaikan banjir, banyak sekali penghuni dusun yang semua memegang pentungan! Jumlah mereka jauh lebih banyak, ada dua ratus orang! Dan di depan mereka berjalan dengan gagahnya, bukan hanya Cu Goan Ciang dan Shu Ta, melainkan juga Koa Hok, Koa Sek, dan juga nona majikan mereka sendiri, Ji Kui Hwa! Tentu saja hal ini membuat mereka merasa jerih, akan tetapi sudah kepalang, mereka sudah berhadapan dan dengan nekat para pimpinan tukang pukul, dikepalai Bong Kit yang tinggi besar bermuka bopeng, dan Ban Su Ti yang pendek genduk, menggerakkan golok mereka menyerbu sambil memberi aba-aba kepada anak buah mereka.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.