Bagaimana membuat kalimat dengan menggunakan kata "nenek" dalam bahasa Indonesia? Dengan melihat dan mempelajari contoh-contoh kalimat dari kata "nenek", kita akan terbantu untuk memahami arti dan pengertian dari kata tersebut. Perlu juga kalian pahami bahwa arti dan makna kata tersebut bisa berbeda untuk kalimat-kalimat yang tidak sama.
Untuk lebih jelasnya, contoh kalimat yang menggunakan kata "nenek" dapat dilihat pada beberapa kalimat yang dikumpulkan dari berbagai sumber di internet seperti berikut ini.
Contoh-contoh Kalimat yang Menggunakan Kata "nenek"
- Menurut katanya, ia adalah nenek anak itu.
- Si nenek untuk pertama kalinya menyeringai.
- Mampus! teriak si nenek karena yakin dengan
- Eh, ada apa ... ? Si nenek mundur ketakutan.
- , Habis menotok si nenek tidak tinggal diam.
- Huh! Past) nenek gatal itu hanya berpura-pura.
- Kalian bentrokan dengan nenek itu? tanya Dewi.
- Si nenek yang tahu arti pandangan itu menjawab.
- Jadi memang dia rupanya! Si nenek geram sekali.
- Sepasang kakek nenek itu mulai kehabisan napas.
- Si penyerang adalah si nenek sakti Sinto Gendeng.
- Di tengah ruangan ada seorang nenek terbuyur kaku.
- Orang ini ternyata adalah si nenek Sika Sure Jelantik.
- Beberapa kali kemudian nenek ini menghela nafas dalam.
- Anggini benar-benar jijik dan bergidik melihat nenek itu.
- Si nenek lepaskan enam kelabang beracun sedang sang kekasih
- "Dari dulu, nenek gua punya anak, punya cucu, punya buyut...
- Menurut keterangan nenek itu, mereka berasal dari desa Mada"
- Putuslah nyali si nenek dan kekasihnya melihat kejadian ini.
- "Ha, ha, ha, horeee...!" seru kemenakan JP."Hidup nenek gue...!"
- Tetapi melihat si nenek dia rasa-rasa pernah berjumpa sebelumnya.
- Dalam hati si nenek memaki, Sialan si tua bangka dari seberang ini.
- Aku dan teman-teman mau bicara! Rupanya si nenek sudah curiga besar.
- "Bukan. Kita harus sambungkan semua hubungan..., ke nenek moyang mereka
- Anuraga menghela napas "Ah, kemungkinan nenek itu tentu sudah meninggal.
- Si nenek cepat menarik lengan Pedang Iblis seraya berbisik: Kita kabur saja.
- Datuk Lembah Akhirat menatap si nenek dengan pandangan mengejek lalu berucap.
- Disamping si nenek berdiri seorang lelaki berwajah tampan tapi bersikap sombong.
- Saat itu kalaupun mati rasanya si nenek ikhlas karena mati dalam pelukan Tua Gila.
- Kalau kau memang nekad mau menyusul kekasihmu si nenek jelek itu majulah mendekat!
- Maka, si nenek sihir menyumpahi putri raja sehingga menjelma menjadi seekor angsa.
- Akan tetapi, muncullah Coa Kun dan sepasang kakek nenek yang tadi kehabisan napas.
- Tapi aku lebih senang kalau kau menolong nenek yang di sebelah sana itu lebih dulu.
- Aku segera kembali ... . Si nenek cium dada Anggini penuh nafsu lalu tertawa cekikikan.
- Kalau tidak cepat si nenek menyingkir niscaya rambut atau kepalanya akan terbabat putus.
- Kehebatan si nenek membuat dua anak buah Dewi Lembah Bangkai terpaksa mengundurkan diri.
- Di dekat nenek ini, agak ke sebelah belakang duduk menjelepok di tanah si bocah Naga Kuning.
- Walaupun dalam keadaan bugil tapi si nenek ini sama sekali tidak berusaha menutupi auratnya.
- Temyata akibat bentrokan pukulan sakti tadi si nenek juga mengalami cidera walau tidak parah.
- Aku yakin kau dan anak buahmu telah menyelamatkan diriku dari kelabang maut nenek keparat itu.
- Yang mereka risaukan bukannya Adipati Tawang Merto, tapi justru si nenek dan kekasih mudanya itu!
- Tubuhnya terlempar di tanah becek dalam bentuk aslinya yaitu sosok seorang nenek berdandan medok.
- Dalam hati dia menyesali sikap dan ucapan nenek hitam yang seolah tidak pernah mengenal budi ini.
- Para nenek sunggingkan senyum seperti jijik tapi melirik juga lalu berusaha menahan tawa cekikikan.
- Lalu mengecup bibir si nenek lumat-lumat, membuat Hijau Dua dan Hijau Tiga merasa jijik melihatnya.
- Akan halnya Ki Juru Tenung, begitu Dewa Tuak melepaskannya, langsung si nenek hendak melarikan diri.
- Misalnya, dalam cerita tentang keong/siput yang sebenarnya merupakan penjelmaan seorang nenek sihir.
- Walau tidak melihat tapi kakek ini diam-diam maklum kalau si nenek tidak suka mendengar kata-katanya.
- Pek Mau Lokai maklum akan kelihaian nenek loyo itu, maka diapun cepat mengelak dan memutar tongkatnya.
- Jangankan mukamu, pantatmupun akan kucium jika aku sampai kalah olehmu! kata si nenek saking marahnya.
- Itu menegaskan, sebagai bangsa yang nenek moyangnya pendiri peradaban dunia, mereka adalah intelektual.
- Sabai! seru Tua Gila seraya menghambur dan merangkul si nenek sebelum perempuan tua itu rubuh ke tanah.
- Siapa lagi yang akan membela kalau bukan bekas kekasih sendiri! Lalu si nenek pentang tampang cemberut.
- Siapa lagi nenek tua yang pakaiannya selalu bau pesing kalau bukan orang sakti dari puncak Gunung Gede.
- Orang inilah yang diketahui hidup sebagai suami istri dengan si nenek dan bergelar Pendekar Pedang Iblis.
- Dari apa yang dipamerkan Pedang Iblis ternyata lelaki itu memiliki kepandaian diatas si nenek kekasihnya.
- Beberapa tahun yang lalu, seorang nenek tua membawanya kemari dan menyerahkan anak itu menjadi bhaktadasa.
- "Diserahkan kepada Pemerintah Indonesia???"Ha, ha, ha, horeee...!" seru nenek JP."Belum tahu juga, dia...!"
- TEGAK sepuluh langkah di sebelah kirinya, Hijau Tiga melihat seorang nenek berpakaian kuning bermuka hitam.
- Sebaliknya si nenek dan kekasihnya yang merasa tersinggung dengan ejekan itu sama membesi wajah masing-masing.
- Ternyata yang dimaksud si nenek adalah Sabai Nan Rancak yang saat itu duduk tersandar di bawah sebatang pohon.
- "Lho, dari dulu, nenek gua juga tahu, yang selalu membodohi rakyat itu cuma satu: para elite politik!" kata MH.
- Saat itu sebenarnya ingin sekali si nenek memeluk muridnya, tapi dasar manusia aneh hal itu tidak dilakukannya.
- Si nenek bugil membawa orang-orang itu ke sebuah ruangan gelap di satu bangunan tak jauh dari tempat kediamannya.
- Padahal beberapa waktu lalu mereka berdua pernah menempur si nenek dan mengundurkan diri sebelum mendapat celaka.
- Di setiap ukiran bersemayam citra dan penghargaan atas nenek moyang mereka yang sarat dengan kebesaran Suku Asmat.
- Kalau ada nenek moyang kita melakukan kesalahan, apakah kita juga diharuskan mempertanggung jawabkan perbuatannya?"
- Begitu serangannya gagal nenek ini susul dengan serangan baru berupa pukulan Sinar Matahari dan lemparan tusuk konde.
- Di sebelah kiri Iblis Pemalu berdiri nenek bertopi bagus menyerupai tanduk kerbau pertanda dia adalah Sabai Nan Rancak.
- Di atas pohon Pendekar 212 Wiro Sableng hampir tidak dapat menahan tawa melihat kelakuan lelaki muda dan nenek renta itu!
- "Aihh, kami berdua adalah sepasang kakek dan nenek yang sudah tua dan loyo," kata Thian Moko dengan suaranya yang tinggi.
- Tua bangka rongsokan! Kau benar-benar berani mampus! teriak Datuk Lembah Akhirat melihat si nenek melangkah mendatanginya.
- Baru saja dia bersiap-siap untuk menghadapi lawan tiba-tiba si nenek sudah berteriak nyaring dan hantamkan tangan kanannya.
- Tapi suasana berkabung masih terasa dan seluruh keluarganya berkumpul meneteskan air mata meratapi kepergian nenek tercinta.
- Dia hendak tertawa gelak-gelak mendengar ucapan si nenek tapi dia melihat sinar yang memancarkan maut di kedua mata si nenek.
- Karena masih berusaha bertahan untuk melancarkan serangan susulan, si nenek merasakan tubuhnya terhuyung ke kiri dan ke kanan.
- Kecurangan sikap sepasang kakek dan nenek tadi membuat mereka penasaran dan kini di dalam hati mereka mendukung Cu Goan Ciang!
- Biarpun sudah tua renta, namun kakek dan nenek itu ternyata masih memiliki tenaga yang kuat dan gerakan merekapun masih cepat.
- Seorang kakek dan seorang nenek yang keduanya berusia delapan puluh tahun, memegang tongkat dan kurus, nampak ringkih dan loyo.
- Sepasang kakek nenek tua renta itu saling pandang, lalu mengamati pria tinggi besar yang kepalanya botak dan berjubah lebar itu.
- Aku lupa namanya satu persatu! Hik ... hik ... hik! Si nenek lalu sisipkan Kapak Naga Geni 212 yang dipegangnya ke pinggang Wiro.
- Seharusnya pemerintah punya satu program yang dapat mengalihkan perhatian dari pendidikan masyarakat yang berasal dari nenek moyang.
- Selain bekas hwesio itu, juga ada sepasang suami isteri yang sudah kakek nenek namun mereka lihai dan dapat menjadi pendukung yang kuat.
- Bahkan Coa-pangcu berhasil pula mendatangkan dua orang gurunya, yaitu kakek dan nenek tua renta itu yang memiliki ilmu kepandaian tinggi.
- Selagi dia berdiri termangu, nampak bayangan berkelebat dan kini sepasang kakek dan nenek Huang-ho Siang Lomo telah berdiri di hadapannya.
- Sinto Gendeng segera lakukan apa yang dikatakan muridnya lalu, Bukkk! Si nenek tendang mayat Jagal iblis Makam Setan hingga, mencelat jauh.
- Juru tenung keparat! Jangan banyak mulut! Ayo jalan! kata Dewa Ketawa sambil menjambak rambut awut-awutan si nenek lalu tertawa gelak-gelak.
- Orang sableng macamku tentu saja tidak memiliki gelar! jawab si pemuda yang ternyata adalah murid nenek sakti Sinto Gendeng dari Gunung Gede.
- Jika kami berdua menjadi perajurit-perajurit yang berani, hadiah apa yang akan kau berikan pada kami Adipati?! terdengar suara nenek Kelabang Biru.
- Berpura-pura tidak tahu! Baik! Aku akan sebut terang-terangan orangnya! Dia adalah nenek bertopi tanduk kerbau itu! Sabai Nan Rancak! Bekas gendakmu itu!
- "Hanya dua hal yang tidak akan pernah bisa mereka ingkari: nenek moyang mereka kriminal buangan dari Inggris, dan mereka membantai bangsa pribumi Aborigin."
- Mereka semua menggunakan tongkat, dan baik Goan Ciang maupun Pek Mau Lokai memainkan ilmu tongkat Hom-mo-tung menghadapi sepasang kakek dan nenek yang lihai itu.
- Setelah dua orang tawanan itu dibawa pergi oleh pasukan untuk dihadapkan komandan mereka, Coa Kun lalu memperkenalkan Bouw In dengan sepasang kakek dan nenek itu.
- Sudah menjadi watak bangsa nomad ini untuk bersikap keras dan tegas, watak yang dibentuk nenek moyang mereka karena keadaan hidup yang serba sulit dan keras di utara.
- Dari tiga serangan lawan dia tahu pasti cengkeraman tangan kiri kanan si nenek adalah yang paling berbahaya karena mengandung racun kelabang yang ganas dan mematikan.
- Terlebih ketika Ki Juru Tenung yang temyata adalah seorang nenek melangkah mendekatinya lalu dengan paksa menanggalkan pakaian yang melekat di tubuh murid Dewa Tuak itu.
- Kemudian dia teriIngat akan keterangan Bi-kiam Nio-cu. Guru kedua orang gadis itu nenek yang amat kejam itu, melarang kedua orang muridnya berhubungan akrab dengan pria.
- Dipermainkan dan diejek seperti itu, nenek itu menjadi semakin marah dan ia mengejar ke mana saja Pek Mau Lokai berlari, dan terus menyerang bertubi-tubi dengan tongkatnya.
- Dia memamg menyaksikan bagaimana Dewi Lembah Bangkai menghajar patah pedang milik Pendekar Pedang Iblis, dan juga kelabang-kelabang maut si nenek sakti itu sebelum pingsan.
- Laki-laki tadi adalah ketua Hek I Kaipang, Coa Kun. Kebetulan sekali dia hendak keluar kota dan yang menemaninya hanya seorang kakek dan seorang nenek yang sudah sangata tua.
- Ketika kemudian mayatnya digantung kaki ke atas kepala kebawah dicabang pohon, jelaslah dia memang seorang laki-laki, bukan seorang nenek sebagaimana penampilannya yang palsu!
- Gadis semuda ini, tidak dikenal dalam dunia persilatan, bagaimana bisa memiliki ilmu kepandaian sehebat ini?! Memikir sampai disitu si nenek mendekati kekasihnya dan berbisik.
- Kalau tidak lekas ditahan oleh Dewa Tuak pasti nenek ini sudah melesat ke atas kereta dan hantamkan pukulan mautnya pada Datuk Lembah Akhirat yang tegak di bagian depan kereta.
- Ditambah lagi dengan kepercayaan tentang alam akhirat yang menjadi tempat pertanggungjawaban perbuatan manusia yang belum pernah didengar oleh orang Quraisy dari nenek moyangnya.
- Dewi Lembah Bangkai melihat bahwa kedua tangan si nenek masih berwarna biru tanda setiap saat dia bisa saja melepaskan senjata rahasianya yaitu kelabang-kelabang maut berwarna biru.
- Kawatir si nenek dan kekasihnya akan berubah pikiran maka Adipati Tawang Merto cepat berkata: Tidak perlu bertutur cakap dengan gadis-gadis sesat ini! Mari kita sama-sama membasminya!
- Suhu tidak akan dilibatkan dengan urusan itu, akan tetapi ada hal lain yang amat penting, yang membutuhkan bantuan suhu. Bahkan ayah telah mengundang kakek dan nenek guru untuk datang membantu."
- Iblis! Kekasih nenek Kelabang Biru! kembali Hijau Satu membuka mulut seraya menunjuk ke sebuah cabang pohon dimana tergantung mayat Pedang Iblis yang sudah membusuk dan belatungan kedua rongga matanya.
- Ketika si nenek memburu dengan geram karena tiga serangannya luput, Wiro angkat kakinya sebelah kiri dan selusupkan ke selangkangan si nenek) Manusia kurang ajar! teriak Nenek Kelabang Biru marah sekali.
- Kalau kakek itu suaranya meninggi kecil, sesuai dengan tubuhnya yang tinggi kurus, nenek yang berjual Tee Moli ini memiliki suara yang parau besar, sesuai pula dengan tubuhnya yang pendek dan gemuk sekali.
- Murid Sinto Gendeng sempat melihat bagaimana kedua tangan si nenek yang tadinya hitam keriputan tiba-tiba berubah menjadi biru kelam tanda sudah dialiri tenaga dalam yang menyalurkan racun jahat! Dua tangan menggapai kedepan.
- Tubuhnya terkapar lunglai di tanah tanpa daya karena seluruh tenaga dalamnya telah tersedot dan masuk ke dalam tubuh Datuk Lembah Akhirat! Sesaat kemudian pukulan yang tadi dilepaskan si nenekdatang berbalik menghantam tubuhnya.
- Agaknya, nenek yang sudah marah sekali itu telah mengerahkan seluruh tenaganya, namun gerakan si pengemis tua memang lincah dan ringan sehingga semua serangannya dapat dihindarkan dengan elakan dan kadang juga dengan tangkisan tongkatnya.
- "Memang apa yang kaukatakan semua itu ada benarnya, saudara Shu Ta. Akan tetapi, urusan penjajahan itu apa sangkut-pautnya dengan kami berdua? Mengapa bangsa Mongol, bangsa nenek moyang kam i, telah menyerbu Cina dan menundukkannya, kemudia menjajahnya.
- Mereka dapat melihat seorang laki-laki yang berusia lima puluhan tahun, bertubuh sedang dan mukanya gagah sekali, seperti muka harimau, keluar dari dalam rumah itu bersama seorang kakek dan nenekyang keduanya sudah tua renta dan berjalan dibantu tongkat.
- MESKIPUN nenek moyang mereka berasal dari negeri Cina, para keturunan mereka yang hidup di negeri ini hendaklah disebut sebagai suku bangsa "Tionghoa", bukan "Cina". Sebab, sebutan "Cina" secara sosial-politis dianggap berkonotasi negatif, dan diskriminatif.
- Sungguh mengherankan sekali kakek dan nenek tua renta ini, walaupun kalau berjalan biasa saja harus dibantu tongkat, kini begitu bertanding, seolah mereka itu memperoleh tenaga baru dan mereka dapat bergerak dengan tangkas dan kuat seperti orang-orang muda saja.
- Si nenek Sika Sure Jelantik yang tadinya juga hendak memberi kisikan pada Datuk Lembah Akhirat batalkan niatnya melihat apa yang dilakukan sang Datuk. Sementara Pengiring Mayat Muka Hitam tak mau perduli karena dia lebih mementingkan menggaruk anggota rahasianya.
- Datukmu sudah mampus! Giliranmu hanya tinggal beberapa kejapan mata saja! katakan di mana muridku Anggini! Dewa Tuak melompat ke hadapan Ki Juru Tenung lalu tangan kanannya mencekik leher sedang tangan kiri memuntir dada si nenek yang kempes peot hingga orang ini melolong kesakitan.
- "Ilmu silat tadi aneh, biarpun dasarnya Siauw-lim-pai, akan tetapi belum pernah aku menyaksikan orang Siauw-lim-pai bersilat seperti itu, seperti gerakan burung!" kata si nenek tua renta yang usianya sekitar hanya satu dua tahun lebih muda dari suaminya, yaitu sekitar delapan puluhan tahun.
- Bukankah Siauw Yen pernah menyatakan bahwa gadis itu tidak gentar menghadapi ketua Hek I Kaipang, akan tetapi yang amat lihai adalah puteri ketua itu? Dan sekarang yang berada di dalam kereta hanyalah Coa Kun, sang ketua, bersama seorang kakek dan seorang nenek yang sudah tua renta dan nampak loyo.
- Kakek dan nenek yang tua renta itu tetap menonton, berdiri seperti patung bertopang pada tongkat mereka. Kusir kereta sudah dapat bangkit kembali dan kini menenangkan dua ekor kuda penarik kereta, sambil memandang dengan gelisak ke arah perkelahian, karena dia melihat betapa ketuanya mulai terdesak.
- Biarpun ia melihat bahwa selain kakek botak yang lihai, di situ terdapat pula belasan orang prajurit, bahkan ia mengenal pula kehadiran ketua Hek I Kaipang, yaitu Coa Kun, dan puterinya yang lihai di samping seorang kakek dan seorang nenek tua renta yang tadi berkereta bersama ketua Hek I Kaipang, Yen Yen tidak merasa gentar.
- Fenomena ini berbeda misalnya dengan Philipina yang memiliki 2 bahasa nasional yaitu bahasa Tagalog dan bahasa Inggris (Amerika), atau India yang bahasa nasionalnya adalah bahasa Inggris, atau Negara Aljazair yang bahasa nasionalnya bahasa Prancis, atau Singapura yang bahasa nasionalnya bahasa Inggris dan meninggalkan bahasa nenek moyangnya yaitu bahasa Melayu.
- Seperti yang telah dia perhitungkan dan harapkan ketika timbul pikirannya untuk menyusup menjadi seorang perwira kerajaan Mongol, Shu Ta dapat mulai mengumpulkan keterangan tentang keadaan kerajaan Mongol, tentang kekuatannya, dan tentang kemunduran-kemunduran yang sedang terjadi karena kaisarnya, yaitu Kaisar Togan Timur (1333-1368), bukan merupakan seorang kaisar yang bijaksana dan pandai seperti nenek moyangnya.
- "Sekarang bukan lagi menjadi hwesio, melainkan seorang biasa bernama Bouw In dan dia telah berkeluarga, menikah dengan seorang janda cantik adapun dua orang yang lain adalah suhu dan subo dari Hek I Kai-pangcu sendiri, dan engkau tahu siapa mereka? Mereka adalah Huang-ho Siang Lomo, sepasang kakek nenek suami isteri yang sudah lama mengundurkan diri dari dunia kang-ouw akan tetapi sekarang siap membantu murid mereka."
- Akan tetapi, ketika dia mendengar pernapasan nenek itu mulai terengah, mengertilah dia akan maksud Pek Mau Lokai. Sepasang Iblis Tua Sungai Kuning yang sudah tua renta itu memang lihai bukan main dan kalau hanya mengandalkan ilmu silat dan kekerasan, tentu akan sukar sekali mengalahkan mereka. Oleh karena itu, satu-satunya jalan yang dipergunakan Pek Mau Lokai adalah mengambil keuntungan dari ketuaan lawan, yaitu daya tahan dan pernapasannya.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.