Saturday 28 November 2015

Kali ini kita akan membahas tentang Contoh Kalimat Menggunakan Kata "kebudayaan". Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Contoh Kalimat Menggunakan Kata "kebudayaan"


Bagaimana membuat kalimat dengan menggunakan kata "kebudayaan" dalam bahasa Indonesia? Dengan melihat dan mempelajari contoh-contoh kalimat dari kata "kebudayaan", kita akan terbantu untuk memahami arti dan pengertian dari kata tersebut. Perlu juga kalian pahami bahwa arti dan makna kata tersebut bisa berbeda untuk kalimat-kalimat yang tidak sama.

Untuk lebih jelasnya, contoh kalimat yang menggunakan kata "kebudayaan" dapat dilihat pada beberapa kalimat yang dikumpulkan dari berbagai sumber di internet seperti berikut ini.
Membuat Kalimat dari kata

Contoh-contoh Kalimat yang Menggunakan Kata "kebudayaan"

  1. Intensitas hubungan/kontak dengan kebudayaan lain
  2. Sebab, yang jadi korban adalah kebudayaan sebuah bangsa!”
  3. Alun-alun juga bisa berfungsi sebagai pusat kebudayaan kota.
  4. Salah satu wujud hasil kebudayaan tersebut adalah karya sastra.
  5. Dalam kesempatan ini, banyak kebudayaan daerah itu diperkenalkan.
  6. TETAPI, absurditas memang menjadi salah satu ciri kebudayaan kita.
  7. Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial.
  8. Selain itu juga origami telah menjadi salah satu kebudayaan orang Jepang.
  9. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial.
  10. Dunia Melayu sesungguhnya pernah memiliki peradaban dan kebudayaan yang agung.
  11. Dengan begitu, kebudayaan etnik pun, bagi Alisjahbana, sekadar kisah masa lalu.
  12. Tentu saja mereka tidak mungkin dapat mencapai puncak-puncak kebudayaan daerah.
  13. Justru di situlah sesungguhnya sumber masalah yang menimpa kebudayaan Indonesia.
  14. Karena itu kebudayaan saya pun di kemudian hari selalu penuh dengan aroma dendam.
  15. Atau, sangat mungkin pula Alisjahbana sengaja menutup mata atas kebudayaan etnik.
  16. Kita harus sama-sama mendengar kesaksian setan dan kebudayaan pada sesi berikutnya.
  17. Yang membedakan mereka hana jalan sejarah, masyarakat, dan kebudayaan masing-masing
  18. Itulah yang saya maksud di tempat ini kebudayaan telah menyamar jadi kejahatan dan setan.
  19. Kenapa kebudayaan dan mengapa setan? Karena antara keduanya aku benar-benar sulit membedakan.
  20. Bahkan di dalamnya juga diperkenalkan beberapa kebudayaan Jawa yang mungkin saat ini mulai punah.
  21. Oleh karena itu, menurut Alisjahbana, kebudayaan tradisional mesti ditempatkan sebagai masa lalu.
  22. Masuknya kebudayaan Barat dalam kehidupan masyarakat di Indonesia menyebabkan terjadinya perubahan.
  23. Diperlukan suatu transfer of value system dari kebudayaan ekspresif menuju ke kebudayaan progresif.
  24. Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun immaterial.
  25. Penekannya adalah pada pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
  26. TELAAH bandingan karya sastra dalam konteks pemahaman kebudayaan lintas bangsa amat penting dewasa ini.
  27. Persoalannya makin rumit ketika ada pekerja budaya yang justru tidak berada di wilayah kebudayaan daerah.
  28. Malu aku ah, masak jeruk minum jeruk? Bagi saya kebudayaan itu spirit untuk hidup serta menghidupi semesta.
  29. Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri.
  30. Awal abad kedua puluh adalah masa bangsa Indonesia mulai mengenal kebudayaan Barat, suatu bentuk kebudayaan baru.
  31. Sutan Takdir Alisjahbana, misalnya, tiba-tiba saja menyodorkan konsep kebudayaan Indonesia dengan orientasi ke Barat.
  32. Sejak mula saya menduga kebudayaan itu persis tarian, karena itu bila Anda ingin menjadi budayawan, belajarlah menari.
  33. Bagi saya, kebudayaan itu seperti kecantikan, maksud saya baik kebudayaan maupun kecantikan tidak dimulai dengan kata.
  34. Terjadi akulturasi dari beberapa negara seiring dengan meluasnya wilayah, yaitu kebudayaan Persia, Byzantium, dan Arab.
  35. Waktu itu sambas menjadi pusat ilmu dan kebudayaan yang berlandaskan Islam sehingga Sambas diberi gelar Serambi Mekkah.
  36. Proses globalisasi kebudayaan yang terjadi mengakibatkan berubahnya paradigma tentang pembinaan dan pengembangan bahasa.
  37. la juga tahu tentang sejarah dan kebudayaan Tionghoa, walaupun kadangkala ia keliru tentang tahun-tahun dinasti Tiongkok.
  38. Atau mereka hanya akan menunjuk kepada kebudayaan yang ada disekitarnya, sambil menegaskan: semua orang melakukan hal itu.
  39. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya.
  40. Pertama, sejak zaman Balai Pustaka hingga kini, sastrawan Indonesia sebenarnya tidak dapat meninggalkan kebudayaan etniknya.
  41. Lewat telaah semacam itu, dapat dipahami berbagai aspek kebudayaan setiap bangsa baik yang tersurat maupun tersiratdi dalamnya.
  42. Dari sejumlah besar sastrawan Gelanggang, hanya Chairil Anwar yang melanjutkan kekaguman Alisjahbana terhadap kebudayaan Barat.
  43. Sedangkan faktor penyebab dari luar masyarakat adalah lingkungan fisik sekitar, peperangan, pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
  44. Sebenarnya, akan lebih baik lagi jika cerita tradisi lisan diajarkan di tingkat pemula untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia.
  45. Nilai sosial mencerminkan budaya suatu masyarakat dan berlaku bagi sebagian besar anggota masyarakat penganut kebudayaan tersebut.
  46. Pulau Belitong yang makmur seperti mengasingkan diri daru tanah Sumatera yang membujur dan di sana mengalir kebudayaan Melayu yang tua.
  47. Kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional masing-masing menempati kotaknya sendiri yang tidak secara gampang dapat dipertukarkan tempatnya.
  48. Kebudayaan lama dan asli terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa.
  49. Kegiatan ini, seperti juga cerita Dewi Sri, memperlihatkan kebudayaan daerah yang menempatkan beras/padi sebagai makanan utama daerah tersebut.
  50. Maka, seperti dikatakan Sutardji Calzoum Bachri, Ambillah Barat dan kebudayaan Indonesia baru akan menjadi kreatif sesuai dengan tuntutan zaman.
  51. Perbedaan berpikir disebabkan karena latar belakang agama, adat istiadat, masyarakat, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya memang ada di antara kita
  52. Prof Dr Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai salah seorang sastrawan yang memberi sumbangan besar kepada kebudayaan masyarakat modern di Indonesia.
  53. Rakyat Usmani mengambil ajaran tentang etika dan tat krama dari kebudayaan Persia, organisasi dan kemiliteran dari Byzantum, dan ilmu arsitektur dari Arab.
  54. Dengan demikian, pernyataan ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia … dapatlah kita tafsirkan dalam kaitannya atau dalam berhadapan dengan kultur etnik.
  55. Bahkan pernyataan puncak-puncak kebudayaan daerah sebagai kebudayaan bangsa, menafikan sebagian keberadaan kebudayaan daerah sebagai bukan kebudayaan bangsa.
  56. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan baru baik berupa alat ataupun gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu.
  57. Perubahan abad dan perubahan milenium ini diramalkan akan membawa perubahan pula terhadap struktur ekonomi, struktur kekuasaan, dan struktur kebudayaan dunia.
  58. Banyak juga nilai-nilai kebudayaan asli kita yang harus kita pertahankan, karena merupakan nilai-nilai gairah manusia yang membuat hidup menarik dan berbahagia
  59. Hanya, di dalam penjelasan Pasal 32 itu, dinyatakan, bahwa Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya.
  60. Tapi itu bagi saya tidak cukuuuupppp!!!! Karena badan saya yang penuh luka ini tidak pantas saya perlihatkan pada kebudayaan yang sorri, seperti gadis cantik tadi.
  61. Catholic College Sale dalam kurikulum pengajaran bahasa dan kebudayaan Indonesia membawakan cerita tradisi lisan karena dianggap cukup digemari oleh siswa-siswanya.
  62. Dengan kata lain, diperlukan sikap inklusif dan terbuka dalam menerima kebudayaan etnik lain sebagai bagian dari kekayaan kebudayaan kita dalam lingkup keindonesiaan.
  63. Maka, kita dapat melihat, pernyataan melap-lap kebudayaan lama justru telah diterjemahkan dalam sejumlah karya mereka sebagai penggalian pada sumber tradisi (: etnik).
  64. Atau, mengidentifikasikan kebudayaan daerah sebagai kebudayaan nasional, tentu saja tidak dapat dilakukan begitu saja mengingat keduanya mempunyai peranan yang berbeda.
  65. Pertanyaannya kemudian: mungkinkah kebudayaan etnik diabaikan begitu saja –bahkan ditiadakan, jika mereka sendiri lahir dan dibesarkan dalam lingkaran kebudayaan etnik.
  66. Dengan demikian, bagaimana mungkin mereka dapat merumuskan dan memahami identitas kebudayaannya, jika mereka sendiri, belum apa-apa, sudah menolak kebudayaan masa lalunya.
  67. Dalam Pasal 32 UUD 1945, dinyatakan: Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Lalu apa yang dimaksud dengan kebudayaan nasional Indonesia, tak ada pula rumusannya.
  68. Kami tidak akan memberikan suatu kata ikatanuntukkebudayaanIndonesia.Kalau kami berbicara tentang kebudayaan Indonesia,kami tidak ingat kepada melap-lap hasil kebudayaan lama.
  69. Faktor pendorong perubahan sosial meliputi kontak dengan kebudayaan lain, sistem masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen serta masyarakat yang berorientasi ke masa depan.
  70. Foucher melihat puisi-puisi yang dimuat dalam Pujangga Baru memperlihatkan adanya upaya sastrawan masa itu untuk membangun kebudayaan baru yang berbeda dari kebudayaan tradisional.
  71. Demikian juga pernyataan Surat Kepercayaan Gelanggang yang mengaku sebagai ahli waris kebudayaan dunia, tidak tercermin dalam karya-karya yang dihasilkan para perumus pernyataan itu.
  72. Cerita folklor rakyat atau tradisi lisan mencerminkan kebudayaan Indonesia, sehingga tidaklah lengkap jika mempelajari kebudayaan suatu tempat tanpa menggunakan cerita tradisi lisan.
  73. pemahaman dan usaha mempelajari kebudayaan sukubangsa lain, di luar etnisnya sendiri, niscaya menjadi sangat signifikan jika mengingat kemungkinan terjadinya desintegrasi bangsa tadi.
  74. Akibatnya, karya sastra yang sesungguhnya menyimpan kekayaan kultur etnik, tidak dapat lebih jauh dimaknai, ditafsirkan, dan dikaitkan dengan kebudayaan yang melingkari diri pengarangnya.
  75. 3. Memberdayakan LPP TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi dan kebudayaan daerah serta memperhatikan komonitas terabaikan.
  76. Jadi, tidak dapat lain, usaha merumuskan kebudayaan Indonesia dan penjelasannya tentang itu, mesti berangkat atau bersumber dari kebudayaan masa lalunya itu; kebudayaan daerah, kebudayaan etnik.
  77. Majalah Poedjangga Baroe yang dikelolanya, justru banyak pula memuat berbagai tulisan yang mengangkat kebudayaan tradisional (kultur etnik) atau kesusastraan yang berorientasi pada unsur kedaerahan.
  78. Tentu saja, ada beberapa aspek kehidupan dalam masyarakat Indonesia yang sulit diterima dan dimengerti oleh pembelajar asing karena, memang, kebudayaan Indonesia berbeda dengan kebudayaan bangsa lain.
  79. Ketika Sutan Takdir Alisjahbana menyatakan, bahwa kebudayaan tradisional (: kultur etnik) –sebagai masa lalu—yang harus mati semati-matinya, dalam kenyataannya, pernyataan itu sekadar slogan belaka.
  80. Dengan begitu, sangat mungkin kita sekadar hapal nama, istilah, atau konsep tentang kebudayaan etnik tertentu, tetapi sama sekali tidak dapat memahami peristiwa besar kebudayaan yang berada di sebaliknya.
  81. Penafikan kebudayaan daerah sebagai kebudayaan yang lahir dari rahim etnik kesukubangsaan, juga muncul dalam semangat yang melandasi para seniman dan budayawan yang tergabung dalam Gelanggang Seniman Merdeka.
  82. Tidak pelak lagi, karena kemiripan-kemiripan yang terdapat dalam kedua karya dari dua wilayah kebudayaan yang berbeda ini, telah dihasilkan sejumlah telaah bandingan dan publikasinya sudah dibaca banyak orang.
  83. Para sastrawan Pujangga Baru, menurut Foucher masih belum sampai pada suatu posisi yang dapat membuat mereka bergerak bebas dan penuh percaya diri dalam suasana kesusastraan dan kebudayaan yang baru sama sekali.
  84. Masalah itu kemudian terus mengalir mengikuti perjalanan waktu, dan seolah-olah kebudayaan Indonesia terjelma begitu saja secara serempak, tanpa keterlibatan –atau tanpa perlu melibatkan— ihwal kultur etnik.
  85. Alisjahbana juga sama sekali tidak menyinggung kebudayaan etnik, lantaran ia terperangkap oleh pemikiran dikotomis mengenai kebudayaan tradisional (kebudayaan Indonesia lama) dan modern (kebudayaan Indonesia baru).
  86. Sejak tahun 1950-an, semangat mengangkat kebudayaan etnik, tidak lagi terpusat pada Minangkabau (: Sumatra), tetapi menyebar ke dalam diri sastrawan yang berlatar etnis lain, seperti Jawa, Bali, Dayak, Melayu, dan Cirebon.
  87. Pemaparan di atas sesungguhnya sekadar hendak menegaskan kembali, betapa rumusan-rumusan tentang kebudayaan Indonesia yang selama ini kita terima, telah gagal mengakomodasi keberadaan kebudayaan daerah –kebudayaan etnik.
  88. Rumusan yang berbau hegemonik ini sepatutnya tak muncul jika ada kesadaran bahwa sesungguhnya kebudayaan Indonesia tak dapat melepaskan diri dari hubungannya antara kebudayaan nasional (bangsa) dan kebudayaan daerah (etnik).
  89. “Jika posisi dan peran ketiga depertemen itu tidak berubah, berarti secara moral, fisik dan intelektual, Depag, Depkes dan Depdiknas merupakan tiga pilar utama yang menjadi sokoguru kebudayaan korupsi di negeri ini,” kata JP.
  90. Dunia baru itu dapat mengambil model yang berupa masyarakat dan kebudayaan Barat, dapat pula berupa sintesis antara Timur dengan Barat serta bahkan dapat pula disisipi dan dikacaukan oleh keinginan kembali ke masa lalu, ke Timur.
  91. Jadi, titik tekan dalam mencermati persoalan kebudayaan Indonesia kini, mestinya tidak lagi terpaku dan berkutat pada konsep-konsep yang abstrak dan mengawang-awang, melainkan pada cara pandang dan pemahaman yang bersifat praksis.
  92. Hasilnya? Lebih dari 170.000 artefak kebudayaan --yang menjadi penanda perjalanan peradaban manusia selama 5.000 tahun-- lenyap dijarah dari Museum Nasional Irak di Baghdad, dan sebagian ternyata digondol oleh para serdadu Amerika.
  93. Bahasa dan sastra (Indonesia) amat potensial menjadi bahasa dan sastra yang diperhitungkan di dalam dunia global, Proses globalisasi kebudayaan yang terjadi mengakibatkan berubahnya paradigma tentang pembinaan dan pengembangan bahasa.
  94. Jadi, meskipun Alisjahbana menganjurkan agar bangsa Indonesia berorientasi ke Barat, ia sendiri tidak menolak dan membiarkan orang berbicara tentang berbagai pemikiran yang berkaitan dengan kebudayaan tradisional (: kebudayaan daerah).
  95. Melalui pengembangan kebudayaan yang progresif akan dicapai tingkat pendidikan yang tinggi, penguasaan ilmu dan teknologi sehingga terwujud pertanian, pertambangan dan industri yang produktif dan efisien yang membawa kesejahteraan bagi rakyat.
  96. Oleh karena itu, mempelajari sastra Indonesia yang berdarah-daging etnis, dapat pula kiranya dianggap sebagai usaha memahami identitas budaya etnis lain, kebudayaan lain, dan dapat pula dimaknai sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadapnya.
  97. Dikatakan demikian karena telaah sastra bandingan diam-diam telah menumbuhkan kesadaran tentang betapa pentingnya memetakan hubungan kebudayaan di antara bangsa-bangsa dan negara di dunia yang dalam hal ini terepresentasikan dalam karya sastra.
  98. Jadi, pada waktu menulis kedua karya tersebut, baik Nizami maupun Manguwijaya, menghadapi situasi yang sama di mana zaman dan kebudayaan ketika mereka menulis karya itu amat berbeda dengan zaman dan kebudayaan ketika cerita babonnya mulai dikenal.
  99. Bagaimanapun universalnya sifat nasionalisme yang diperjuangkan, ternyata tetap dalam kerangka keterbatasan, khususnya adanya nuansa kepentingan melawan dan menolak masyarakat, ras, dan kebudayaan tertentu, yakni imperialisme dan kolonialisme Belanda.
  100. Hardie et.al dalam buku Bersama-sama 2, membawakan 3 cerita tradisi lisan dari Indonesia yang masing-masing mencerminkan kebudayaan daerahnya dengan ilustrasi yang menarik dan bahasa Indonesianya disederhanakan agar dapat dimengerti oleh siswa sekolah.
  101. Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya.
  102. Pada abad ke-19, ketika korporasi secara sistematis mengekslpoitasi timah, kebudayaan bersahaja itu mulai hidup dalam karakteristik sosiologi tertentu yang atribut-atributnya mencerminkan perbedaan sangat mencolok seolah berdasarkan status berkasta-kasta.
  103. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
  104. Sementara itu, pernyataan: Kalau kami berbicara tentang kebudayaan Indonesia, kami tidak ingat kepada melap-lap hasil kebudayaan lama, mengisyaratkan betapa mereka tak lagi melihat kebudayaan etnik yang sebenarnya sejak mereka lahir sudah nemplok dengan sendirinya.
  105. MESKIPUN para sejarawan dan ahli arkeologi sejak awal mewanti-wanti Pentagon agar para serdadu yang melakukan operasi pendudukan Irak memedulikan Konvensi Den Haag --yang menegaskan agar seluruh properti kebudayaan di wilayah perang dijaga dan dilindungi-- mereka tak peduli.
  106. Oleh karena itu, suara Alisjahbana sesungguhnya tak cukup representatif mewakili suara angkatan Pujangga Baru mengingat tidak sedikit di antaranya –termasuk Armijn Pane dan Amir Hamzah— yang tidak mau meninggalkan kebudayaan etnik yang telah melahirkan dan membesarkannya itu.
  107. Klaim ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan Kebudayaan Indonesia ditetapkan oleh kesatuan berbagai-bagai rangsang suara yang dilontarkan dari segala sudut dunia menegaskan orientasi mereka pada kebudayaan dunia yang di dalam konteks itu tidak lain merupakan kebudayaan Barat.
  108. Sangat mungkin, karya sastra sebagai sistem gagasan, sistem nilai atau segala sesuatu yang keluar dari pikiran manusia justru merepresentasikan semangat atau kegelisahan yang berkaitan erat dengan kebudayaan yang telah melahirkan, membesarkan, dan sekaligus juga mempengaruhi diri pengarang.
  109. Kembali, penjelasan yang semestinya mendudukkan konsep kebudayaan nasional Indonesia, kebudayaan bangsa, dan (puncak-puncak) kebudayaan daerah dalam pengertian yang lebih terang, justru menimbulkan persoalan, karena tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud dengan konsep itu.
  110. Dalam pidato kemenangan partainya, Olmert berjanji untuk menjadikan Israel negara yang adil, kuat, damai, dan makmur, menghargai hak-hak kaum minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan serta terutama sekali berjuang untuk mencapai perdamaian yang kekal dan pasti dengan bangsa Palestina.
  111. Sebagai daerah yang cukup subur, Maluku tentu saja mengundang kedatangan kaum migran dari berbagai kawasan yang menimbulkan gelombang perpindahan dan menghasilkan percampuran perpindahan dan menghasilkan percampuran kebudayaan antara penghuni lama / asli dengan suku-suku pendatang sehingga melahirkan suku-suku baru.
  112. Terutama pada karya-karya yang memang muncul akibat proses migrasi atau akibat adanya unsur pengaruh, melihat perbedaan-perbedaan itu justru teramat penting karena hal itu ada kaitannya dengan faktor latar belakang kebudayaan masyarakat atau bangsa pemiliknya-religiositas, filsafat hidup, orientasi ideologis, dan sebagainya.
  113. Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut.
  114. Dalam pernyataan sikap berkebudayaannya yang dirumuskan dalam Surat Kepercayaan Gelanggang, mereka cenderung menempatkan kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan dunia, dan sama sekali tak ada usaha untuk mempertimbangkan kebudayaan etnik yang sesungguhnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan keindonesiaan.
  115. Pertanyaan yang dapat kita ajukan adalah: apa yang dimaksud dengan kebudayaan Indonesia? Apakah kebudayaan Indonesia yang baru itu, semua unsurnya diambil dari kebudayaan asing atau kebudayaan daerah yang menyerap pengaruh asing? Perdebatan dalam Polemik Kebudayaan itu juga ternyata sama sekali tidak merumuskan konsep kebudayaan Indonesia.
  116. Jelas, meski pada awalnya Alisjahbana masih menyatakan, bahwa Dalam pusaka turun-temurun itupun pastilah masih banyak tersimpan yang baik-baik yang dapat dipakai untuk perumahan yang baru, ia sama sekali tak melihat –bahkan tidak menyinggung— signifikansi kebudayaan daerah (etnik) sebagai bagian dari usaha membangun kebudayaan Indonesia.
  117. Hal itu disebabkan nasionalisme kini berarti berjuang dalam membela kaum manusia yang terjajah, miskin dalam segala hal termasuk miskin kemerdekaan dan hak penentuan pendapat diri sendiri; manusia yang tak berdaya menghadapi para penguasa yang sewenang-wenang yang telah merebut bumi dan hak pribadinya dan memaksakan kebudayaan serta seleranya kepada si kalah.
  118. Karena itu, misalnya, tidaklah mengherankan bila pengagungan manusia atas cinta di berbagai tempat, zaman, dan kebudayaan yang berjauhan kemudian melahirkan kisah dramatik Romeo dan Juliet (Inggris/Eropa), Laila Majnun (Arab-Persia), Sam-pek Eng-tay (Tiongkok), dan Roro Mendut-Pronocitro (Jawa) yang, jika dilihat dari banyak segi, memperlihatkan begitu banyak kesamaan.
  119. Kontak-kontak dengan kebudayaan lain yang kemudian memberikan pengaruhnya, perubahan pendidikan, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, penduduk yang heterogen, tolerasi terhadap perbuatan-perbuatan yang semula dianggap menyimpang dan melanggar tetapi yang lambat laun menjadi norma-norma, bahkan peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang bersifat formal.
  120. Dalam beberapa artikel Alisjahbana yang lain yang kemudian menjadi Polemik Kebudayaan itu, di satu pihak, ia memberi penyadaran pentingnya orientasi bangsa Indonesia dalam membangun kebudayaan sendiri, dan di lain pihak, memberi penekanan pada pengaruh asing (Barat) yang bagi Alisjahbana, mesti disikapi dengan menyerap pengaruh itu dan menjadikan kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan dunia.
  121. Dengan adanya karya tulis adalah supaya mengetahui dan memahami sejarah perkembangan bahasa indonesia dan bahasa indonesia sebagai identitas dan penyatu bangsa, sehingga dalam kehidupan bermasyrakat dapat menggunakan bahaa Indonesia yang baik dan benar, menjaga keutuhan bahasa Indonesia sebagai kebudayaan dan identitas nasional di era globalisasi ini dan mengetahui pentingnya bahasa indonesi di mayarakat luas.
  122. Demikian juga, pemahaman kebudayaan etnik yang sekadar disajikan dalam bentuk pengetahuan hapalan tentang pakaian tertentu, jenis kesenian, dan nama suku bangsa sebagaimana yang banyak disajikan dalam buku-buku pelajaran, tanpa penjelasan lebih lanjut tentang filsafat yang mendiaminya, semangat yang menjiwainya, dan ruh kebudayaan yang melatarbelakanginya, telah mereduksi kekayaan dan kekhasan kebudayaan etnik itu sendiri.
  123. Meski begitu, dalam lampiran hasil keputusan kongres pemuda itu, dinyatakan bahwa dasar persatuan Indonesia itu dilandasi oleh kesamaan semangat kemauan, sejarah, hukum adat, serta pendidikan dan kepanduan. Di mana kultur etnik ditempatkan, apakah yang dimaksud kemauan, sejarah, dan hukum adat, berada dalam konteks etnisitas, mengapa kebudayaan (etnik) tidak eksplisit dijadikan sebagai landasan semangat persatuan keindonesiaan?
  124. “Maksudnya,” kata rekan JP, “misi menuntaskan kebiadaban dalam menghancurkan rakyat dan kebudayaan Irak (dan Afghanistan), setelah secara tanpa hak dan tanpa sebab yang jelas melanggar kedaulatan negara lain, menginjak-injak hukum internasional, membantai ribuan rakyat, termasuk perempuan dan anak-anak, serta melanggar hak-hak asasi manusia, semata-mata untuk membangun kediktatoran dan terorisme global di bawah kepemimpinan Gedung Putih?”
  125. Khusus untuk masyarakat di Indonesia, sejarah masa lampau mengajarkan bahwa sistem ekonomi, politik, dan kebudayaan dari kerajaan-kerajaan besar di Asia seperti India dan Cina, yang diadopsi dan diadaptasi oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara ini, seperti Sriwijaya dan Majapahit, namun fakta sejarah tidak membuktikan bahwa orang-orang Sriwijaya dan Majapahit, dalam pengadopsian dan pengadaptasian nilai-nilai kebudayaan tadi sekaligus menjadi orang India atau Cina.
  126. Dalam pusaka turun-temurun itupun pastilah masih banyak tersimpan yang baik-baik yang dapat dipakai untuk perumahan yang baru. Selanjutnya, dikatakan pula, … dalam zaman jarak menjadi dekat dan watas menjadi kabur oleh radio, surat kabar, buku, dan mesin terbang ini, Indonesia menjadi sebahagian daripada dunia yang luas… dalam pembangunan kebudayaan Indonesia yang baru, yang akan menjadi sebahagian daripada kebudayaan dunia, Indonesia Muda tiada mungkin menjadi penonton…
Bagaimana sobat? mudah-mudahan kalimat di atas dapat membantu kaian. Jika punya kalimat lain, silahkan sobat tambahkan di kotak komentar.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.