Tuesday, 6 October 2015

Kali ini kita akan membahas tentang Contoh Kalimat Menggunakan Kata Penghubung "bagaikan". Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Contoh Kalimat Menggunakan Kata Penghubung "bagaikan"

Contoh kalimat yang menggunakan kata penghubung "bagaikan" dapat dilihat pada contoh kalimat yang dikumpulkan dari berbagai sumber di internet seperti berikut ini.
  1. Mendengar ini, kemarahan Kui Hwa bagaikan api disiram minyak.
  2. Harapan baru bagaikan cahaya matahari menggantikannya menyentuh hatinya.
  3. Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda dan Silani bagaikan sadar dari mimpi.
  4. Perasaannya bagaikan gelembung busa yang menggembung besar lalu pecah tiba-tiba.
  5. Den­dam bagaikan api yang membakar hati dan mendatangkan kebencian yang mendalam.
  6. Tubuhnya tiba-tiba melayang bagaikan seekor burung ke arah dua orang pimpin­an itu.
  7. Pedang meluncur bagaikan se­batang anak panah, mengeluarkan suara berdesing panjang.
  8. Itu bagaikan seorang barbar mengajari Ibu Mien Uno tentang sopan santun di meja makan.
  9. Palestina bagaikan seekor rusa yang menyeruduk singa yang sedang beristirahat dan kelaparan.
  10. Lalu mereka yang hadir terheran–heran dan melihat bahwa cahaya itu bagaikan pelita yang tergantung.
  11. Tentu saja semua orang itu terbelalak dan terheran-heran, bagaikan disambar petir di siang hari terang.
  12. Pengertian saja tidak akan ada gunanya tanpa pelaksanaan, bagaikan bunga yang rontok sebelum menjadi buah.
  13. Langit bersih sehingga semua bintang nampak di angkasa bagaikan butir-butir mutiara di hamparan beludu hitam.
  14. Orang muda, bersiaplah menghadapi seranganku! bentaknya dan pedangnya sudah menyambar bagaikan kilat cepat­nya.
  15. Dengan gerakan ringan bagaikan seekor burung ia melayang naik ke atas pagar tembok dan mendekam di sebelah gurunya.
  16. "Tempat yang damai ya, Roy." Ina memandang taman yang bagaikan surga itu, dan membawa Roy duduk di bangku di bawah pohon angsoka.
  17. Akan tetapi, bagaikan seekor burung saja, orang itu telah melayang melewati kepalanya! Gan Bu Tong terkejut sekali dan juga kagum.
  18. Ia memetik dua daun tal untuk dikepit dalam kedua ketiaknya lalu melayanglah ia bagaikan seekor kelelawar meloloskan diri dari jerat.
  19. “Itu maksudnya, supaya yang kaya raya semakin mencorong bagaikan mutiara, dan yang miskin makin mbleketrek kayak lumpur,” kata JP.
  20. TETAPI, adaptasi satu lelucon internet mengibaratkan sebuah pemerintahan, juga perusahaan, bagaikan sebuah pohon yang digelantungi para monyet.
  21. Maka, daripada berebut sebutan sebagai ‘reformis’ atau ‘pembaru’, lebih baik para capres mengidealisir dirinya bagaikan setetes air...!”
  22. Meskipun tahu belaka, pencarian terpidana yang kabur ke luar negeri bagaikan sandiwara gagal yang tak lucu, Kejaksaan Agung tetap melakukan -nya.
  23. Ibuku selalu menceritakan bahwa semua laki-laki itu jahat, bagaikan kumbang yang setelah menghisap madunya kembang lalu meninggalkannya begitu saja.
  24. Orang-orang seperti mereka itu bagaikan anjing-anjing liar, kalau majikannya tidak memuaskan hati, mereka akan membalik dan menggerogoti majikan sendiri.”
  25. Ia dapat me­lontarkan pedang itu dengan cepat dan pedangnya meluncur bagaikan anak panah saja menuju sasarannya, yaitu punggung lebar kepala gerombolan itu.
  26. Ditambah lagi dia memainkan ilmu yang dia andalkan, yaitu Sin-tiauw-ciang-hoat, maka gerakannya bagaikan seekor rajawali yang menyambar-nyambar menyebar maut.
  27. Kemudian aku berangkat untuk menjumpai kaumku, ketika aku berada ditengah – tengah mereka, maka muncullah sinar diantara kedua bola mataku bagaikan sinar lampu.
  28. Menjemukan saja!” nona itu berseru galak dan bagaikan dua ekor anjing yang ketakutan, dua orang itu segera membalikkan tubuh dan pergi dari situ sambil menunduk.
  29. Mereka berdua mencabut golok dan bagaikan gila mereka menyerang Goan Ciang sambil mengerahkan tenaga dan mengeluarkan suara menggereng seperti dua ekor beruang marah.
  30. Kecepatan gerakan Cu In membingungkan Lam-hai Koai-jin. Sabuk sutera putih yang dimainkan Cu In bagaikan kilat menyambar-nyambar, atau bagaikan seekor naga bermain di angkasa.
  31. TETAPI, program pemiskinan, antara lain dengan menyamakan harga BBM dengan harga di luar negeri – tak peduli pendapatan per kapitanya bagaikan bumi dan langit -- harus jalan terus.
  32. Akan tetapi karena Shu Ta memang sudah mempersiapkan pasukannya, pintu gerbang berhasil dibuka dan Cu Goan Ciang bersama pasukan Beng-pai menyerbu bagaikan air bah yang pecah bendungannya.
  33. Cita-cita bagaikan nyala api lilin yang indah menarik, membuat banyak binatang malam tertarik dan mereka beterbangan, berlomba mencapai sinar yang terang itu untuk jatuh terbakar dan mati.
  34. Tokoh pemimpin yang amat sangat Religius sampai-sampai digambarkan bagaikan seorang Resi Begawan (Pinandito) dan akan senantiasa bertindak atas dasar hukum / petunjuk Allah SWT (Sinisihan Wahyu).
  35. Dia mencabut pedang dari dada Lee Siang, kemudian bagaikan seekor harimau, dia meloncat turun dari pembaringan dan pedangnya menyambar ganas, menyerang kepada wanita yang baru semalam menjadi isterinya.
  36. Goan Ciang kembali membentak dan melengking nyaring, tubuhnya berkelebatan gesit sekali dan ketika dia melompat ke atas lalu menyambar bagaikan seekor rajawali, kembali dua orang pengeroyok dapat dia robohkan!
  37. Seorang pemuda yang masih muda, baru dua puluh tahun usianya, namun pembawaannya sudah masak dan dewasa, dengan tubuh tinggi tegap, tegak dan anggun berwibawa, bagaikan seekor burung rajawali yang gagah perkasa.
  38. Namun, Shu Ta yang sudah waspada dan tidak pernah memandang rendah lawan, menghadapi terjangan itu dengan gerakan lincah mengelak ke kanan sehingga tubuh tinggi besar itu bagaikan seekor gajah menyuruk ke depan.
  39. Akan tetapi bagaikan bayangan saja, tubuh Souw Cu In telah meloncat ke samping dan tiba-tiba ada sinar putih mencuat dan tahu-tahu pedang di tangan Siu Lan terlibat dan te­rampas! Siu Lan terkejut dan melompat mundur.
  40. Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu ia berkata, bahwa kedelapan belas sahabat Rasulullah Saw yang gugur dalam perang badar akan Allah masukkan nyawa-nyawa mereka kedalam surga bagaikan burung yang terbang bebas didalamnya.
  41. MESKIPUN verzet jaksa dijawab oleh Pengadilan Tinggi Jakarta dengan putusan banding -dan karena itu cacat hukum: bagaikan orang minta tempe diberi anak monyet- digelarnya kembali pengadilan Pak Harto jadi bagaikan sirkus di dalam bungker.
  42. Bagus! Kalau begitu tidak berat lagi hatiku untuk membunuhmu! Mampuslah engkau! Dan wanita itu segera menye­rang Keng Han membabi buta mengayun pedangnya bagaikan kilat menyambar-­nyambar, semua merupakan serangan maut yang ditujukan untuk membunuh.
  43. Para sesepuh dari bani Salamah mengisahkan bahwa Umar bin Jamuh adalah seorang pria yang sangat pemberani, ia memiliki empat orang putra yang keberaniannya bagaikan singa, mereka selalu turut bertempur dalam setiap peperangan yang diikuti oleh Rasulullah Saw.
  44. Sumbangan para hartawan mengalir bagaikan banjir karena mereka dengan suka rela menyerahkan hartanya kepada pasukan rakyat yang membebaskan tanah air dan bangsa dari penjajahan, juga terutama sekali karena rakyat pada umumnya berterima kasih kepada Cu Goan Ciang karena pasukan pembebasan itu sama sekali tidak pernah mengganggu rakyat.
  45. Dengan demikian, maka media massa akan sangat dekat dengan sumber-sumber anomi masyarakat, dengan kata lain, media massa memiliki sisi gelap yang oleh orang media sendiri hal ini menjadi pilihan dilematis, namun baikan makan buah simalakama, bagaikan berada dipersimpangan, bagaikan menghadapi pilihan sulit yang sama-sama harus dipilihnya.
  46. Ia dan sucinya sudah ber­sumpah kepada subo mereka untuk tidak jatuh cinta, dan kalau ada pria yang jatuh cinta kepada mereka harus mereka bunuh! Semua lelaki jahat, demikian subo mereka selalu menekankan ke dalam hati mereka. Semua lelaki itu jahat dan palsu, bagaikan kumbang yang selalu mendekati kembang dengan suaranya yang merayu-rayu.
  47. Dari Ibu Abbas radhiallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Saw Ketika saudara–saudara kalian gugur dalam perang uhud Allah menjadikan arwah–arwah mereka bagaikan burung–burung yang menuju sungai–sungai dalam surga, dan memakan buah – buahan yang ada di dalamnya kemudian berkumpul di sekitar pelita yang terbuat dari emas yang tergantung di atas singgasana (‘arsy).
  48. Terdengar teriakan-teriakan dan senjata-senjata itu terlepas dari tangan pemegangnya, jatuh berkerontangan dan bagaikan serumpun alang-alang dibabat, dua puluh lima orang itu, termasuk Bong Kit, berpelantingan dan jatuh bangun! Mereka sama sekali tidak diberi kesempatan untuk menyerang lagi karena didahului oleh gerakan dua orang muda itu yang memiliki tingkat kepandaian jauh lebih tinggi.
  49. Baru dilihat dari rambutnya yang hitam pan­jang dan ikal mayang, melihat sinom (anak rambut) yang melingkar-lingkar di dahi dan pelipisnya, dahi yang halus dan putih mulus alis yang seperti dilukis seorang pelukis pandai, melengkung dan kecil hitam, mata yang bagaikan sepasang bintang kejora, tulang pipi yang agak menonjol dan selalu kemerahan bukan oleh pemerah muka, itu saja sudah menunjukkan kecantikan yang luar biasa.
  50. Dikisahkan oleh Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu, ia berkata: Disaat Rasulullah Saw berangkat untuk menguburkan jenazah para sahabt korban dalam perang uhud, beliau bersabda: Temanilah mereka dengan luka – luka mereka, sesungguhnya aku adalah saksi dari gugurnya mereka, tidak seorang muslimpun yang gugur dijalan Allah kecuali pada hari kiamat akan mengalir darah dari jasadnya sewangi za’faran, dan semerbak wangi darahnya bagaikan aroma misik .
  51. Ketahuilah wahahi penduduk kota Mekkah bahwa lelaki yang ada dihadapan kita sekarang adalah seorang yang telah memecah persaudaraan kaum kita, dia banyak membuat masalah, ucapan – ucapannya bagaikan mantera yang dapat memisahkan antara seorang ayah dan anaknya, memisahkan antara suami dan istrinya, kami khawatir terhadapmu dan terhadap pengikutmu sebagaimana yang telah ia lakukan ketika berkunjung ketempat kami, untuk itu jangan kalian dengarkan semua ucapannya.
  52. Maklum bahwa dia berada dalam bahaya karena dikeroyok banyak lawan yang cukup tangguh dan yang bermaksud untuk membunuhnya, Cu Goan Ciang segera mengeluarkan ilmu andalannya, yaitu Sin-tiauw ciang-hoat, ilmu rahasia yang dia pelajari dari gurunya, Lauw In Hwesio ketua Siauw-lim-si. Tiba-tiba dia mengeluarkan suara melengking panjang dan tubuhnya melayang ke atas bagaikan seekor burung rajawali sehingga semua serangan lawan luput dan ketika semua pengeroyok berdongak untuk mengikuti gerakan pemuda yang melayang seperti burung itu, Goan Ciang menukik turun dan begitu dia menyambar dengan kaki tangannya, empat orang pengeroyok roboh terpelanting seperti disambar petir.
  53. Betapa kagetnya hati para pimpinan gerombolan tukang pukul itu ketika dari depan, datang bagaikan banjir, banyak sekali penghuni dusun yang semua memegang pentungan! Jumlah mereka jauh lebih banyak, ada dua ratus orang! Dan di depan mereka berjalan dengan gagahnya, bukan hanya Cu Goan Ciang dan Shu Ta, melainkan juga Koa Hok, Koa Sek, dan juga nona majikan mereka sendiri, Ji Kui Hwa! Tentu saja hal ini membuat mereka merasa jerih, akan tetapi sudah kepalang, mereka sudah berhadapan dan dengan nekat para pimpinan tukang pukul, dikepalai Bong Kit yang tinggi besar bermuka bopeng, dan Ban Su Ti yang pendek genduk, menggerakkan golok mereka menyerbu sambil memberi aba-aba kepada anak buah mereka.
  54. Husein merasa haus, lalu seorang pria datang membawakan air untuknya, kemudian ia meminum air itu, namun Hushain bin Tamim menyerangnya dengan panah tepat mengenai bibirnya, sehingga ia sibuk membersihkan darah dengan tangannya, setelah itu ia memuji Allah, kemudian Husein bergerak menuju sungai Efrat, namun pasukan lawan telah menghadangnya, lalu seorang pria menyerangnya lagi dengan anak panah dan tepat mengenai langit – langit mulutnya, seharian penuh ia dalam kesendirian tak ada seorangpun yang mendatanginya, sehingga para pasukan mengepungnya, namun Husein tetap tegar dalam pendiriannya, ia terus bertarung dengan sengit dan gagah berani, ia menerjang kearah pasukan musuh dan memporak porandakan barisan mereka bagaikan singa yang menerkam mangsanya, dalam keadaan itu Syamar berteriak, celakalah ibu–ibu kalian! Apa lagi yang kalian tunggu?


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.